Aspirin Dapat Mengurangi Risiko Kanker Kolorektal

Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan aspirin secara teratur dapat menurunkan risiko kanker kolorektal, terutama pada individu dengan gaya hidup tidak sehat. Mereka yang tidak sehat mendapatkan manfaat terbesar dari aspirin, dengan penurunan risiko kanker kolorektal yang signifikan. Hasil studi ini dapat mempengaruhi rekomendasi medis untuk penggunaan aspirin dalam pencegahan kanker kolorektal.

Penelitian baru menunjukkan bahwa penggunaan aspirin secara teratur dapat mengurangi risiko kanker kolorektal, terutama bagi individu dengan gaya hidup tidak sehat. Studi yang dipimpin oleh Mass General Brigham dan diterbitkan di JAMA Oncology, mencakup lebih dari 100.000 orang selama 30 tahun. Hasil menunjukkan bahwa mereka yang menjalani gaya hidup kurang sehat memiliki manfaat terbesar dari konsumsi aspirin reguler.

Sebelumnya, U.S. Preventive Services Task Force merekomendasikan penggunaan aspirin dosis rendah setiap hari kepada individu berusia 50-59 tahun untuk mencegah penyakit kardiovaskular dan kanker kolorektal. Namun, pada 2022, rekomendasi ini fokus hanya pada pencegahan CVD setelah bukti terbaru tentang manfaat aspirin untuk kanker kolorektal dipertanyakan.

Dalam studi ini, peneliti menganalisis data kesehatan dari 107.655 peserta. Mereka membandingkan tingkat kanker kolorektal antara pengambil aspirin secara teratur dan yang tidak. Penggunaan aspirin yang dianggap reguler adalah dua tablet dosis standar (325 mg) per minggu atau satu tablet dosis rendah (81 mg) setiap hari.

Peserta studi yang menggunakan aspirin secara teratur memiliki insiden kumulatif kanker kolorektal selama 10 tahun sebesar 1,98%. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan 2,95% pada yang tidak menggunakan aspirin. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan individu yang paling mungkin mendapat manfaat dari aspirin untuk pengembangan strategi pencegahan yang lebih personal.

Manfaat terbesar dari aspirin ditemukan pada individu dengan gaya hidup kurang sehat. Pada kelompok dengan skor gaya hidup terendah, risiko kanker kolorektal berkurang dari 3,4% menjadi 2,12% dengan penggunaan aspirin. Sementara pada kelompok dengan gaya hidup sehat, angka ini sedikit berbeda, yaitu 1,5% untuk pengguna aspirin dan 1,6% untuk yang tidak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspirin dapat secara proporsional menurunkan risiko kanker kolorektal yang sangat tinggi oleh individu dengan banyak faktor risiko. “Hasil kami menunjukkan bahwa aspirin dapat mengurangi risiko yang meningkat pada mereka dengan faktor risiko ganda untuk kanker kolorektal,” kata Daniel Sikavi, penulis utama studi ini.

Studi ini juga menyarankan agar penyedia layanan kesehatan mempertimbangkan lebih serius untuk merekomendasikan aspirin kepada pasien dengan gaya hidup kurang sehat. Meskipun studi ini tidak mengeksplorasi efek samping aspirin, penting untuk diingat bahwa penggunaan aspirin juga dapat mempengaruhi kondisi kesehatan lain seperti risiko perdarahan. Penelitian didukung oleh beberapa lembaga dan organisasi kanker.

Kanker kolorektal merupakan penyebab kedua kematian akibat kanker di Amerika Serikat, dan gaya hidup memiliki peran penting dalam risiko pengembangannya. Mengingat hubungan antara gaya hidup tidak sehat dan peluang pengembangan kanker, penelitian ini berusaha mengidentifikasi individu yang paling mungkin mendapatkan manfaat dari penggunaan aspirin. Aspirin telah lama dikaitkan dengan pengurangan risiko beberapa jenis kanker melalui berbagai mekanisme biokimia.

Penelitian ini menunjukkan bahwa aspirin dapat mengurangi risiko kanker kolorektal, terutama di kalangan mereka dengan gaya hidup tidak sehat. Hasilnya dapat mendorong dokter untuk lebih sering merekomendasikan aspirin kepada pasien dengan faktor risiko tinggi untuk kanker kolorektal. Namun, lebih banyak penelitian diperlukan untuk menyelidiki efek samping dan manfaat jangka panjang dari penggunaan aspirin.

Sumber Asli: news.harvard.edu

Clara Wang

Clara Wang is a distinguished writer and cultural commentator who specializes in societal issues affecting marginalized communities. After receiving her degree from Stanford University, Clara joined the editorial team at a prominent news outlet where she has been instrumental in launching campaigns that promote diversity and inclusion in journalism.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *