Penelitian menunjukkan bahwa risiko sosial, seperti ketidakamanan pangan dan tempat tinggal, menghalangi pasien dalam mendapatkan skrining kanker. Meski akses kesehatan tersedia, pasien dengan risiko sosial lebih kecil kemungkinannya untuk menerima atau menyelesaikan skrining. Ada perlunya strategi intervensi yang lebih tepat untuk meningkatkan hasil kesehatan dan akses pelayanan kanker.
Penelitian di Universitas California San Diego menunjukkan bahwa risiko sosial, seperti ketidakamanan pangan dan tempat tinggal, menghalangi pasien untuk menjalani skrining kanker. Meskipun pasien dengan risiko sosial memiliki akses ke perawatan, mereka kurang mendapatkan dan menyelesaikan perintah skrining kanker. Studi ini menyarankan perlunya intervensi yang lebih terfokus untuk mengatasi risiko sosial agar meningkatkan kualitas perawatan dan hasil kesehatan.
Data dari catatan kesehatan elektronik dan penelitian dilakukan di 186 organisasi kesehatan berbasis masyarakat. Sekalipun pasien memiliki akses ke layanan kesehatan, mereka tetap menghadapi tantangan sosial yang lebih besar dibandingkan populasi umum. Temuan menunjukkan bahwa faktor-faktor sosial memengaruhi kemampuan pasien untuk menerima skrining kanker yang sangat dibutuhkan.
Hasil utama menunjukkan bahwa pasien dengan ketidakamanan pangan jarang mendapatkan perintah untuk skrining kanker, dan ketidakamanan transportasi dapat memengaruhi frekuensi skrining kanker serviks. Walaupun pasien dengan pangan tidak menyelesaikan skrining lebih sulit, mamografi jauh lebih mudah untuk diselesaikan berkat program dukungan seperti klinik mamografi bergerak.
Kementerian Kesehatan mencatat bahwa perubahan kebijakan terbaru mendukung pengidentifikasian risiko sosial di kalangan pasien, yang merupakan langkah maju untuk kesetaraan kesehatan. Peneliti menekankan pentingnya memahami hubungan antara risiko sosial dan kesehatan, serta perlunya strategi yang praktis dalam mengatasi tantangan ini agar efektivitas pelayanan kesehatan meningkat.
Di dunia medis, risiko sosial menjadi hambatan besar bagi pasien dalam menjalani perawatan kesehatan preventif, termasuk skrining kanker. Penelitian menunjukkan bahwa meskipun akses ke layanan kesehatan meningkat, masalah sosial yang dapat memengaruhi kemampuan individu dalam melakukan skrining kanker masih ada, seperti ketidakamanan pangan dan tempat tinggal. Masyarakat yang kurang beruntung memiliki beban sosial lebih besar yang sering memengaruhi keputusan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin.
Temuan menunjukkan bahwa risiko sosial, seperti ketidakamanan pangan dan transportasi, penting untuk diperhatikan saat menangani kesehatan pasien. Dengan fokus pada pemahaman dan penanganan risiko sosial ini, pelayanan kesehatan dapat menjadi lebih efektif, membantu mencegah kanker, dan meningkatkan hasil kesehatan bagi pasien yang paling membutuhkan. Perlu ada upaya kolaboratif untuk mengatasi tantangan sosial yang menghambat akses ke skrining kanker.
Sumber Asli: www.news-medical.net