Teknologi anticancer baru ini fokus pada target lisosom sel kanker dan mengatasi resistensi obat. Micelle yang dirancang mampu terakumulasi dan menargetkan lisosom, memicu kerusakan sehingga memfasilitasi kematian sel kanker. Riset ini dipimpin oleh UNIST dan melibatkan kolaborasi dengan berbagai institusi. Hasil penelitian dipublikasikan di JACS pada Juli 2023.
Teknologi pengobatan anticancer terbaru yang secara selektif menargetkan lisosom sel kanker dan mengatasi resistensi obat telah dikembangkan oleh Profesor Ja-Hyoung Ryu dan tim peneliti di Departemen Kimia UNIST. Riset ini menjanjikan paradigma baru untuk obat anticancer berbasis kimia di masa depan. Lisosom adalah organel penting yang berfungsi untuk memecah dan mendaur ulang komponen seluler. Dengan menargetkan lisosom, pendekatan ini berpotensi mengatasi resistensi obat pada sel kanker.
Tim peneliti mengembangkan bahan inovatif yang dapat membentuk struktur micelle secara mandiri. Micelle adalah struktur bulat yang memiliki interior yang ramah minyak dan eksterior yang ramah air. Struktur micelle ini memiliki stabilitas yang sangat baik dalam lingkungan in vivo dan tidak beracun bagi sel-sel di sekitarnya. Micelle ini memasukkan ‘peptida RGD’ yang dikenal dapat menargetkan reseptor yang diekspresikan berlebihan pada membran sel kanker.
Karena lisosom sel kanker umumnya memiliki tingkat enzim Cathepsin B yang tinggi, micelle ini secara khusus menargetkan lisosom tersebut. Setelah masuk ke dalam lisosom, micelle berinteraksi dengan enzim Cathepsin B, yang kemudian memotong bagian tertentu dari peptida dalam struktur micelle. Molekul yang terputus tersebut kemudian bergabung kembali menjadi struktur serat panjang yang merusak membran lisosom, menyebabkan kerusakan dan akhirnya kematian sel kanker.
Profesor Batakrishna Jana dan Seongeon Jin menyatakan, “Kami telah menunjukkan kematian sel kanker dengan memicu penyusunan ulang lisosomal berdasarkan overekspresi Cathepsin B pada sel kanker.” Senyawa yang dikembangkan ini menonjol karena kemampuannya untuk mengatasi resistensi obat, salah satu kelemahan utama dari kemoterapi konvensional. Pendekatan baru ini dapat secara selektif mengganggu lisosom sel kanker, menghindari masalah resistensi tersebut.
Profesor Yoo menambahkan, “Menargetkan lisosom sel kanker memungkinkan untuk pengobatan anticancer yang efektif tanpa menghadapi tantangan resistensi obat,” dan mengungkapkan bahwa penelitian ini membuka visi baru untuk pengobatan anticancer berbasis kimia di masa mendatang. Penelitian kolaboratif ini melibatkan Profesor Sang Kyu Kwak dari Universitas Korea dan didukung oleh proyek peneliti mid-career serta program pengembangan teknologi biomedis dari National Research Foundation of Korea (NRF), yang didanai oleh Kementerian Sains dan ICT. Temuan studi ini telah diterbitkan secara daring dalam Journal of the American Chemical Society (JACS) pada 17 Juli 2023.
Lisosom adalah bagian penting dari sel yang mengatur pemecahan dan pembuangan komponen seluler, yang berperan dalam proses autophagy. Pengobatan kanker yang berhasil menargetkan lisosom dapat menjadikan metode yang lebih efektif dalam mengatasi sel kanker, khususnya pada sel yang telah mengembangkan resistensi terhadap terapi konvensional. Pengembangan teknologi ini menandai kemajuan penting dalam penelitian kanker sehingga dapat memberikan harapan baru bagi pasien kanker dengan resistensi obat.
Pengembangan teknologi pengobatan baru ini dapat memberikan harapan bagi pasien kanker yang mengalami resistensi obat dengan cara menargetkan lisosom sel kanker. Penelitian ini menunjukkan peningkatan dalam selektivitas dan efektivitas dengan memanfaatkan enzim Cathepsin B. Kontribusi dari berbagai lembaga penelitian menunjukkan kolaborasi penting untuk inovasi dalam bidang onkologi.
Sumber Asli: www.news-medical.net