Hibah baru dari Fanconi Cancer Foundation bertujuan mendukung penelitian tentang kanker yang terkait dengan Fanconi anemia. Diberikan dana sebesar $450.000 selama tiga tahun, hibah ini bertujuan menarik peneliti baru untuk fokus pada pengobatan dan pemahaman kanker skuamosa. D’Andrea berbagi pandangan tentang fokus penelitian dan pentingnya kolaborasi antara peneliti.
Yayasan Penelitian Fanconi Anemia didirikan oleh Lynn dan David Frohnmayer pada tahun 1989 untuk membantu menemukan obat bagi tiga putri mereka yang menderita Fanconi anemia, kelainan genetik langka yang umumnya terdiagnosis pada anak-anak. Pada April 2024, organisasi ini berganti nama menjadi Fanconi Cancer Foundation (FCF), mencerminkan kemajuan dalam perawatan dan perpanjangan usia pasien. Namun, pasien yang hidup lebih lama memiliki risiko tinggi mengembangkan kanker. Sebuah studi menunjukkan bahwa pasien Fanconi anemia kemungkinan besar mengidap leukemia akut myelogenous (AML) dan karsinoma sel skuamosa.
Fanconi anemia disebabkan oleh mutasi pada salah satu dari 23 gen yang terlibat dalam jalur perbaikan DNA. Pasien dengan kelainan ini memiliki risiko 868 kali lebih besar untuk mengembangkan AML dan 986 kali lebih besar untuk kanker kepala dan leher. Alan D’Andrea, MD, menekankan pentingnya penelitian untuk mengatasi kanker yang muncul akibat kelainan ini dan mendatangkan peneliti baru ke dalam bidang ini. Dia juga terlibat dalam peluncuran hibah baru untuk menggalang partisipasi peneliti muda.
FCF bekerja sama dengan American Association for Cancer Research (AACR) untuk meluncurkan Hibah NextGen untuk Penelitian Kanker Transformasional. Hibah ini akan memberikan dana sebesar $450.000 selama tiga tahun untuk biaya penelitian. Peneliti diundang untuk mengirimkan surat niat sebelum 9 Juli. D’Andrea, yang telah meneliti Fanconi anemia selama 30 tahun, berbagi pandangannya mengenai fokus penelitian dan peluang yang tersedia.
D’Andrea menjelaskan bahwa penelitian sebelumnya telah menunjukkan bagaimana gen Fanconi berfungsi dalam jalur perbaikan DNA, dan kekurangan di jalur ini dapat menyebabkan sensitivitas terhadap obat-obatan tertentu. Dia menyarankan agar peneliti baru menjajaki hubungan antara kanker skuamosa pada pasien Fanconi dan pada populasi umum, khususnya dalam hal kepekaan terhadap terapi terkini.
D’Andrea mendorong peneliti generasi berikutnya untuk menikmati perjalanan riset mereka dan menciptakan dampak bagi keluarga yang terdampak Fanconi anemia. Dia menekankan pentingnya kolaborasi antara peneliti dasar dan klinis untuk menerjemahkan temuan dasar menjadi terapi yang bermanfaat. Selain itu, D’Andrea menggarisbawahi penggunaan kecerdasan buatan dan teknik baru untuk menginvestigasi tumor yang terkait dengan kanker ini.
Peneliti yang tertarik dapat mengunduh pedoman dan instruksi lengkap untuk mengajukan surat niat.
Fanconi anemia adalah kelainan genetik langka yang memiliki efek serius pada kesehatan, termasuk risiko tinggi kanker. Penelitian dalam bidang ini berfokus pada pemahaman lebih dalam mengenai penyebab dan mekanisme kanker yang terkait dengan kondisi ini. Dengan adanya hibah baru, diharapkan lebih banyak peneliti dari disiplin ilmu lain akan tertarik untuk eksplorasi lebih lanjut yang dapat menghasilkan terapi baru dan inovatif, terutama untuk kanker yang sulit diobati.
Hibah NextGen dari Fanconi Cancer Foundation bertujuan untuk mendorong peneliti baru untuk mengeksplorasi tantangan dalam penelitian kanker terkait Fanconi anemia. Dengan fokus pada terapi yang lebih efektif, penelitian diharapkan dapat mengubah hasil kesehatan bagi pasien dengan kelainan ini. Kesempatan kolaborasi antara peneliti dasar dan klinis diharapkan dapat mempercepat penemuan terapi baru yang bermanfaat.
Sumber Asli: www.aacr.org