Mengapa Gajah Tidak Mengalami Kanker Sementara Ferret Mengalaminya

Studi mencermati fenomena Peto’s paradox, di mana hewan besar seperti gajah memiliki insiden kanker lebih rendah dibandingkan manusia. Penelitian yang mencakup 300 spesies vertebrata menghubungkan prevalensi kanker dengan faktor evolusi seperti ukuran tubuh dan umur. Temuan ini membuka jalan untuk pengembangan pencegahan dan pengobatan kanker yang lebih baik.

Pada tahun 1977, Sir Richard Peto mengemukakan bahwa hewan yang lebih besar dan memiliki umur lebih lama seharusnya lebih rentan terhadap kanker dibandingkan hewan kecil. Namun, temuan menunjukkan bahwa gajah, paus, dan beruang justru memiliki insiden kanker yang lebih rendah daripada manusia. Ini memberi tantangan pada ahli onkologi untuk memahami mengapa incidensi kanker tidak selalu berkorelasi dengan ukuran tubuh dan harapan hidup.
Penelitian menunjukkan bahwa genetika bukan satu-satunya faktor. Pada 2015, peneliti menemukan bahwa gajah memiliki 19 salinan ekstra gen penekan tumor TP53 yang membantu mereka melawan kanker. Zachary Compton, peneliti utama studi ini, mencatat bahwa mekanisme evolutioner dalam spesies yang berbeda menawarkan diverse cara penanganan kanker.
Para peneliti menganalisis insiden kanker pada 300 spesies vertebrata. Mereka menemukan bahwa ukuran tubuh yang lebih besar terkait dengan peningkatan prevalensi neoplasia (pertumbuhan sel yang tidak terkontrol). Studi ini menemukan hubungan antara faktor evolusi dan prevalensi kanker, serta menunjukkan bahwa hewan-hewan tertentu menunjukkan ketahanan luar biasa terhadap pertumbuhan kanker.
Dalam penelitian ini, tim mengumpulkan 16,049 catatan necropsy dari hewan di 99 institusi perawatan hewan. Mereka menemukan bahwa prevalensi neoplasia rata-rata di semua spesies adalah 4,89%, dan prevalensi penyakit ganas 3,2%. Hubungan yang signifikan ditemukan antara ukuran tubuh, umur maksimum, dan prevalensi neoplasia.
Compton menekankan bahwa meskipun hewan dalam penangkaran dapat hidup lebih lama, sebagian besar spesies umumnya mengalami tumor dalam masa hidup alami mereka. Temuan juga menciptakan ‘papan peringkat’ spesies untuk peneliti mendalami lebih jauh spesies dengan prevalensi kanker yang tinggi atau rendah. Variasi prevalensi neoplasia dan malignansi ditemukan di seluruh kelompok taksonomi.
Mammals seperti Nubian ibex dan beberapa spesies kelelawar menunjukkan prevalensi neoplasia yang sangat rendah, sementara ferrets dan opossums menunjukkan risiko tertinggi. Menurut statistik, sekitar 39,3% orang Amerika akan didiagnosis kanker, tetapi data ini dapat membantu peneliti memahami mekanisme kanker yang mungkin bermanfaat bagi manusia.

Peto’s paradox memberikan tantangan kepada ilmuwan untuk mengidentifikasi alasan di balik insiden kanker yang tidak berkorelasi langsung dengan ukuran tubuh dan umur. Penelitian yang mendalam tentang variasi insiden kanker di antara spesies vertebrata berupaya menemukan petunjuk dari hewan yang lebih sedikit menderita kanker. Pendekatan itu dapat mengarah pada langkah-langkah pencegahan dan pengobatan kanker pada manusia.

Studi ini menunjukkan bahwa memahami perbedaan insiden kanker di berbagai spesies dapat mengungkap mekanisme pencegahan kanker dan membantu mengatasi penyakit ini pada manusia. Pembangunan pengetahuan tentang cara hewan tertentu mencegah kanker dapat membuka jalan baru dalam penelitian medis dan terapi kanker.

Sumber Asli: www.aacr.org

Nina Sharma

Nina Sharma is a rising star in the world of journalism, celebrated for her engaging storytelling and deep dives into contemporary cultural phenomena. With a background in multimedia journalism, Nina has spent 7 years working across platforms, from podcasts to online articles. Her dynamic writing and ability to draw out rich human experiences have earned her features in several respected publications, captivating a diverse audience.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *