Mengapa Kanker Kolorektal Menyerang Orang Muda India?

Kanker kolorektal kini banyak menyerang orang India muda berusia 31-40 tahun. Ini disebabkan oleh kesalahpahaman tentang gejala yang mirip dengan penyakit lain. Angka kejadian kanker ini meningkat, sehingga penting untuk diagnosis dini melalui kolonoskopi. Gaya hidup tidak sehat menjadi salah satu faktor risiko, sehingga perubahan diet dan pola hidup menjadi kunci bagi pencegahan dan kesehatan.

Radhika Moona, seorang pasien kanker kolorektal berusia 40 tahun, berbagi pengalamannya kepada pasien lain di sebuah rumah sakit di Delhi, di mana dia menderita kanker rektal selama delapan tahun. Kanker kolorektal, yang umumnya dianggap mempengaruhi populasi berusia lanjut di Barat, kini semakin banyak ditemukan pada orang India muda berusia 31 hingga 40 tahun. Gejala kanker ini seringkali mirip dengan kondisi pencernaan lainnya, sehingga diagnosis dini menjadi krusial.

Penelitian menunjukkan bahwa insiden kanker kolorektal di India meningkat 20% dari 2004 hingga 2014, terutama di kalangan orang muda. Banyak pasien yang awalnya di diagnosa keliru mengalami keterlambatan dalam pengobatan. Moona mendorong kaum muda untuk memperhatikan ciri-ciri peringatan, seperti darah dalam tinja, demi diagnosis dini.

Dokter sering mendapati pasien muda dengan kanker kolorektal yang keliru di diagnosa sebagai ambeien, sehingga tes kolonoskopi sangat dianjurkan. Di AS, batas usia untuk skrining kanker kolorektal telah diturunkan menjadi 45 tahun karena meningkatnya insiden di kalangan anak muda. Dalam kebanyakan kasus, deteksi dan pengobatan awal dapat meningkatkan kelangsungan hidup pasien kanker kolorektal.

Secara mengejutkan, Radhika Moona yang merupakan vegetarian dan tidak merokok juga terkena kanker. Kualitas makanan dan gaya hidup yang tidak sehat menjadi penyebab yang berkontribusi pada meningkatnya angka kejadian kanker kolorektal di kalangan anak muda, termasuk pola makan yang buruk dan gaya hidup yang sedentari.

Pengobatan kanker kolorektal yang terdeteksi lebih awal dapat memberikan harapan tinggi bagi pasien. Meskipun Moona didiagnosa pada stadium ketiga, perawatannya selama delapan tahun membuatnya bebas dari kanker. Moona mengubah pola hidupnya, termasuk diet tinggi serat dan olahraga ringan.

Dia terus membagikan pengalamannya sebagai sumber inspirasi untuk pasien lain, mendorong mereka untuk tetap optimis dan menjaga kesehatan. Dia mengingatkan untuk tidak mengabaikan gejala yang muncul dan pentingnya pemeriksaan medis.

Kanker kolorektal kini semakin banyak ditemui di kalangan orang India muda, yang sebelumnya lebih umum ditemui di negara maju dan pada orang tua. Penyebab peningkatan ini diduga oleh pola makan yang tidak sehat dan gaya hidup yang buruk, termasuk konsumsi makanan tinggi lemak dan rendah serat. Kanker ini seringkali terdiagnosa lambat karena gejalanya mirip dengan penyakit lain. Pemeriksaan dini melalui kolonoskopi menjadi penting, terutama bagi kelompok usia muda yang berisiko. Meskipun tidak ada faktor risiko yang jelas seperti merokok atau kebiasaan makan daging, gaya hidup dan kebiasaan diet dapat berkontribusi terhadap peningkatan kejadian kanker ini. Menjadi penting bagi masyarakat untuk lebih sadar akan gejala dan mendorong pemeriksaan rutin untuk deteksi dini.

Kanker kolorektal menimbulkan ancaman yang semakin serius bagi orang India muda, dengan peningkatan signifikan dalam insiden kasus. Masyarakat perlu menyadari gejala kanker ini dan pentingnya pemeriksaan dini, terutama bagi mereka dengan gaya hidup yang kurang sehat. Harapan hidup bagi pasien yang terdiagnosa dini cukup baik, dan berbagi pengalaman dapat memberikan dukungan pada pasien lain.

Sumber Asli: indianexpress.com

Lila Morrison

Lila Morrison is a seasoned journalist with over a decade of experience in investigative reporting. She graduated from Columbia University with a degree in Journalism and has worked for prominent news outlets such as The Tribune and Global News Network. Lila has a knack for uncovering the truth behind complex stories and has received several awards for her contributions to public discourse.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *