Diet yang kaya serat dapat meningkatkan produksi asam lemak rantai pendek (SCFA), yang berdampak pada fungsi gen dan kesehatan. Propionat dan butirat, selaku SCFA, terlibat dalam modifikasi kromatin dan regulasi gen, berpotensi dalam mencegah kanker. Penelitian ini mendorong pemahaman lebih dalam tentang hubungan antara gut microbiome dan diet dalam kesehatan dan pencegahan penyakit.
Pola makan berpengaruh besar terhadap fungsi gen dan kesehatan secara keseluruhan. Asam lemak rantai pendek (SCFA) seperti propionat dan butirat, yang berasal dari pencernaan serat, memengaruhi ekspresi gen dan berpotensi untuk pencegahan kanker. Riset menunjukkan bagaimana SCFA mengubah aksesibilitas kromatin dan regulasi gen pada sel kanker kolorektal (CRC).
SCFA memiliki dampak epigenetik yang signifikan, karena mereka dapat memodifikasi struktur kromatin melalui metabolit aktif. Propionat dan butirat, setelah dikonversi, bertindak sebagai ko-faktor dalam asetilasi histon yang menyesuaikan aksesibilitas gen untuk transkripsi. Modifikasi epigenetik yang terjadi, seperti H3K18pr dan H4K12pr, dapat digunakan untuk mengukur aktivitas SCFA dalam pengaturan gen.
Selain mempengaruhi regulasi gen, SCFA juga berperan dalam metabolisme sel. Penelitian menggunakan analisis metabolomik menemukan bahwa suplementasi propionat dan butirat mengubah tingkat asetil-CoA, mendukung perubahan metabolik yang memengaruhi keadaan akilasi tertentu. Perubahan ini menyoroti hubungan antara pola makan, metabolisme, dan regulasi epigenetik.
Pentingnya serat dalam diet untuk menghasilkan SCFA semakin jelas. Diet kaya serat meningkatkan konsentrasi SCFA di usus, mempengaruhi kesehatan kolon dan memberikan efek sistemik pada seluruh tubuh. “Kami menemukan hubungan langsung antara konsumsi serat dan modulasi fungsi gen yang berdampak antibat cancer,” ungkap Michael Snyder, Ph.D., dari Stanford Medicine.
Di sel sehat, SCFA mendorong diferensiasi dan apoptosis, melawan pertumbuhan sel kanker yang tidak terkontrol. Sementara itu, pada sel kanker, SCFA dapat mengganggu jalur sinyal onkogenik dan meningkatkan aksesibilitas kromatin pada gen penekan tumor. Variasi konsumsi serat di antara berbagai populasi dapat memengaruhi hasil kesehatan, dengan banyak yang tidak memenuhi tingkat asupan harian yang disarankan.
Potensi aplikasi terapeutik dari SCFA sangat menjanjikan. Dengan menargetkan modifikasi epigenetik ini, SCFA menawarkan cara alami untuk mengatur ekspresi gen, khususnya dalam CRC. “Dengan mengidentifikasi target gen dari molekul penting ini, kami dapat memahami bagaimana serat memberikan efek positif dan apa yang salah saat kanker muncul,” tambah Snyder.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami bagaimana SCFA mempengaruhi metabolisme obat dan resistensi dalam sel kanker. Meskipun banyak yang masih harus diteliti, studi ini memberikan dasar untuk memahami hubungan antara pola makan, metabolit hasil mikrobioma, dan regulasi epigenetik.
Pola makan berperan penting dalam kesehatan dengan memengaruhi ekspresi gen melalui metabolit yang dihasilkan dari pencernaan serat. SCFAs dari serat tidak hanya berfungsi untuk memberikan energi tetapi juga memodifikasi cara gen diatur dalam tubuh. Ini berimplikasi pada pencegahan penyakit, termasuk kanker kolorektal, yang menggarisbawahi signifikansi diet dalam memengaruhi kesehatan dan mekanisme molekuler yang terlibat.
Hubungan antara konsumsi serat, produksi SCFA, dan regulasi epigenetik menunjukkan tindak lanjut penting bagi kesehatan. Temuan ini mendorong masyarakat untuk mengenali pentingnya pilihan diet dengan meningkatkan asupan serat. Dengan memprioritaskan makanan kaya serat, individu dapat mendukung mikrobioma mereka dan memanfaatkan potensi SCFA untuk meningkatkan hasil kesehatan.
Sumber Asli: www.thebrighterside.news