Deteksi Tembaga Baru Dapat Mengarah pada Terobosan Pengobatan Kanker Paru

Laboratorium Chang di Princeton Chemistry meluncurkan alat deteksi baru untuk tembaga, berusaha memahami pengaruhnya pada kanker paru-paru. Penelitian ini menunjukkan potensi chelation tembaga sebagai strategi perawatan untuk sel kanker tertentu dengan ketidakseimbangan kadar tembaga. Hasilnya diungkapkan dalam makalah yang diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Sciences, yang berkolaborasi dengan universitas lain.

Laboratorium Chang di Princeton Chemistry melanjutkan misinya untuk memahami peran nutrisi logam dalam biologi manusia, beralih dari besi ke tembaga. Makalah pertama mereka di 2025 memperkenalkan alat deteksi tembaga di sel manusia dan mengungkapkan peran tembaga dalam pertumbuhan sel kanker paru-paru. Penelitian menunjukkan bahwa chelation tembaga menunjukkan hasil menjanjikan dalam kanker paru tertentu dengan dua fenomena yang berhubungan: faktor transkripsi yang meningkat dan kadar tembaga yang rendah.

Makalah kolaboratif tentang deteksi tembaga ini berjudul “A Histochemical Approach to Activity-Based Copper Sensing Reveals Cuproplasia-Dependent Vulnerabilities in Cancer” dan diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Sciences. Ini adalah kelanjutan dari makalah sebelumnya tentang besi yang menegaskan otoritas laboratorium dalam sinyal logam transisi. Alat deteksi baru ini diujicobakan pada panel garis sel tumor manusia dari National Cancer Institute untuk mengidentifikasi jenis sel yang memiliki kadar tembaga tinggi.

Keseimbangan tembaga sangat penting bagi kesehatan, tetapi ketidakseimbangan tembaga dapat berkontribusi pada pertumbuhan sel kanker. Risiko ini memicu permintaan alat untuk memantau dan menilai pertumbuhan sel yang tergantung pada tembaga, atau “cuproplasia”. Profesor Christopher Chang menjelaskan bahwa penelitian ini membantu dalam memahami penyebab kematian sel dan mencari cara untuk menghentikan pertumbuhan tersebut.

Dalam makalah ini, ditemukan hubungan langsung antara tembaga dan faktor transkripsi NRF2, yang terlibat dalam merespons stres oksidatif. Kadar tembaga yang tinggi dapat menyebabkan stres oksidatif yang meningkatkan permintaan kanker akan pertumbuhan sel tergantung tembaga.

Penelitian menunjukkan bahwa mengobati garis sel kanker dengan pengikat tembaga menghasilkan tingkat kematian sel yang lebih tinggi pada sel dengan NRF2 tinggi. Pengikat ini mencoba mengurangi ketersediaan tembaga, yang dapat membahayakan sel yang sudah kekurangan. Studi ini memberikan bukti konsep untuk mengidentifikasi kerentanan logam pada kanker paru.

Penelitian ini menggali peran nutrisi logam, khususnya tembaga, dalam biologi sel kanker. Kadar tembaga yang tepat sangat penting untuk kesehatan, namun banyak kanker menunjukkan ketidakseimbangan tembaga yang dapat mempengaruhi pertumbuhan. Oleh karena itu, menggunakan alat deteksi baru untuk memahami lebih dalam mengenai hubungan antara tembaga dan perkembangan kanker sangat dibutuhkan. Kanker sering kali berhubungan dengan stres oksidatif, di mana proteksi dari faktor seperti NRF2 sangat krusial. Penelitian ini berfokus pada bagaimana sel kanker dapat dipengaruhi oleh kadar tembaga dan cara pengobatan yang mungkin bersifat klinis.

Penelitian di Chang Lab menunjukkan detak jantung hubungan antara logam nutrisi, khususnya tembaga, dan pertumbuhan sel kanker. Temuan ini membuka jalan untuk potensi pengobatan baru melalui chelation tembaga, mengarah pada metode baru untuk menangani kanker paru-paru. Langkah-langkah selanjutnya akan berfokus pada penerapan konsekuensi penelitian ini dalam konteks klinis yang lebih luas, menyusuri pengaruh lingkungan, diet, dan gaya hidup terhadap kondisi penyakit.

Sumber Asli: www.news-medical.net

Sofia Garcia

Sofia Garcia is a renowned journalist recognized for her insightful commentaries on social issues and community dynamics. Over her 10-year career, she has worked in various capacities, including reporter, editor, and columnist, across prestigious media outlets. Sofía's passion for storytelling drives her to seek out and report on the narratives that connect individuals to broader societal themes, making her work deeply impactful and relevant.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *