AI menunjukkan potensi dalam deteksi kanker payudara dengan akurasi tinggi. Sebuah studi baru-baru ini mengembangkan metode penyaringan darah yang memanfaatkan AI untuk mendeteksi kanker pada tahap sangat awal, dengan hasil yang menjanjikan. Meski demikian, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memperluas temuan ini ke populasi yang lebih besar.
Kecerdasan Buatan (AI) semakin menunjukkan kemampuannya dalam mendeteksi kanker secara akurat, sehingga meningkatkan hasil pengobatan pasien dan menyelamatkan nyawa. Deteksi dini kanker payudara meningkatkan peluang kesembuhan. Algoritma AI kini digunakan oleh NHS di Inggris untuk menganalisis mamogram dan mendeteksi kanker yang terlewat oleh dokter manusia.
Namun, kebutuhan akan metode baru untuk mengidentifikasi tanda-tanda kanker jauh lebih awal tetap ada. Sebuah penelitian pilot baru-baru ini menguji metode baru penyaringan darah dan menggabungkannya dengan AI, yang berhasil mendeteksi kanker payudara stadium 1A dengan akurasi 90-100 persen, menurut metadata yang diterbitkan dalam Journal of Biophotonics.
“Studi ini adalah tonggak penting untuk mengidentifikasi subtipe kanker payudara pada stadium sangat awal dengan akurasi tinggi. Diagnosa awal kanker menyelamatkan nyawa—itulah sebabnya studi kami sangat penting,” kata Kevin Saruni Tipatet dari Universitas Edinburgh, Inggris. Meski demikian, metode ini baru diuji pada 24 pasien, sehingga belum siap digunakan di rumah sakit.
Pendekatan tradisional dalam deteksi kanker berfokus pada deteksi tanda-tanda tumor. Saat ini, banyak teknologi mencari tanda tumor, tetapi tidak mempertimbangkan respons keseluruhan tubuh. Penelitian Tipatet berfokus pada pencarian “sidik jari molekuler” yang menunjukkan tubuh sedang melawan kanker, baik dari kanker itu sendiri maupun dari sistem imun tubuh.
Sidik jari molekuler ini memungkinkan peneliti mendeteksi tanda-tanda sangat awal kanker payudara stadium 1A. Dengan mengambil sampel darah dan menganalisisnya menggunakan spektroskopi Raman, peneliti dapat menentukan pola molekul yang relevan. Spektroskopi Raman telah menunjukkan potensi besar untuk diagnosis klinis berbagai penyakit.
Setelah analisis sampel darah, peneliti melatih algoritma pembelajaran mesin untuk mendeteksi kanker payudara, menghasilkan akurasi tinggi tergantung pada jenis kanker. Tipatet menekankan bahwa AI bertugas untuk “membantu analisis” dan bukan menggantikan peran dokter manusia dalam mendeteksi kanker.
Dengan hasil yang menjanjikan, Tipatet merencanakan studi yang lebih besar untuk memvalidasi temuan ini dan memastikan kemampuan klinisnya. Kanker yang terdeteksi lebih awal memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih baik, sehingga strategi deteksi baru ini bisa meningkatkan prospek keseluruhan pasien.
Pendeteksian dini kanker payudara sangat penting untuk meningkatkan peluang kesembuhan. Metode tradisional seringkali melewatkan kanker tahap awal. Oleh karena itu, penelitian baru berfokus pada penggunaan AI dan teknik spektroskopi untuk mendeteksi tanda-tanda kanker lebih awal, yang dapat menghasilkan perawatan yang lebih efektif.
Era baru deteksi kanker payudara semakin dekat dengan penggunaan AI dan teknik spektroskopi yang inovatif. Meski masih dalam tahap awal dengan penilaian dari sejumlah kecil pasien, temuan ini menunjukkan potensi yang menjanjikan. Fokus pada pengenalan tanda-tanda kanker yang lebih awal dapat meningkatkan kualitas hidup dan peluang bertahan hidup bagi pasien secara signifikan.
Sumber Asli: frontline.thehindu.com