Statistik Kanker 2025: Kanker Paru-Paru Masih Menjadi Penyebab Utama Kematian Kanker di AS

Laporan menunjukkan kanker paru-paru menyumbang kematian kanker terbesar di AS, dengan insidensi menurun dan kelangsungan hidup meningkat. Di 2025, diharapkan ada 226.650 kasus baru dan 124.730 kematian. Merokok merupakan penyebab utama, namun faktor lain juga berkontribusi. Pentingnya skrining dini ditekankan meski prevalensinya masih rendah.

Laporan Statistik Kanker 2025 menyebutkan meskipun insidensi kanker paru-paru menurun dan tingkat kelangsungan hidup lima tahun meningkat, kanker paru-paru tetap menjadi penyebab utama kematian akibat kanker di AS. Kanker paru-paru menyebabkan hampir 2,5 kali lebih banyak kematian dibandingkan kanker kolorektal dan pankreas. Diperkirakan akan ada 226.650 kasus baru kanker paru-paru dan 124.730 kematian pada 2025. Sebanyak 20,2% dari kematian kanker di AS diakibatkan oleh kanker paru-paru.

Sekitar 85% dari kematian kanker paru-paru disebabkan oleh merokok, dengan tambahan 3.500 kematian akibat asap rokok kedua. Laporan tersebut menyoroti bahwa meskipun prevalensi merokok menurun dari 42% pada 1965 menjadi 12% pada 2022, merokok tetap menjadi penyebab utama kematian yang dapat dicegah di AS, dengan hampir 500 kematian kanker setiap hari.

Diperkirakan ada 15.100 kematian kanker paru-paru lainnya yang dipicu faktor lain, seperti penggunaan produk tembakau lain dan polusi udara. E-cigarette dan vaping bahkan menjadi perhatian karena potensi karsinogeniknya yang semakin meningkat. Pada 2021, insidensi kanker paru-paru di kalangan wanita melampaui pria di bawah usia 65 tahun, dengan 15,7 kasus per 100.000 wanita, dibandingkan 15,4 per 100.000 pria.

Walaupun insidensi kanker paru-paru menurun 3% per tahun pada pria dan 1,4% pada wanita, laju penurunan lebih lambat pada wanita karena mereka mulai merokok lebih lambat dan kurang cepat berhenti. Pada 2025, diperkirakan kanker paru-paru akan menyumbang 11% dari semua kasus kanker baru pada pria dan 12% pada wanita, menandakan kembali ke pola epidemi pra-tembakau.

Kanker paru-paru diprediksi tetap menjadi penyebab utama kematian kanker di 2025 dengan 20% kematian kanker di pria dan 21% di wanita. Walaupun terdapat penurunan kematian akibat kanker paru-paru hingga 61% pada pria dan 38% pada wanita, kasus kanker paru-paru masih menyumbang lebih banyak kematian dibandingkan kanker lainnya.

Pentingnya skrining kanker paru-paru dijelaskan dengan tidak adanya kematian yang signifikan di antara individu dengan skrining rendah. Laporan menyebutkan bahwa skrining tomografi dosis rendah dapat mengurangi kemungkinan kematian akibat kanker paru-paru hingga 16%-24% bagi individu berisiko tinggi. Namun, prevalensi skrining masih rendah, dengan hanya satu dari sepuluh orang yang memenuhi syarat di beberapa negara bagian barat.

Laporan Statistik Kanker 2025 menyajikan data terbaru terkait insidensi dan mortalitas kanker, khususnya terkait kanker paru-paru. Meskipun terjadi penurunan dalam kasus dan meningkatkan kelangsungan hidup, kanker paru-paru tetap menjadi tantangan kesehatan masyarakat yang signifikan di AS. Pengetahuan tentang faktor risiko seperti merokok dan polusi mempengaruhi pemahaman kita tentang pencegahan dan penanganan kanker ini.

Kanker paru-paru tetap menjadi penyebab utama kematian akibat kanker di AS, meskipun ada kemajuan dalam kelangsungan hidup dan penurunan insidensi. Peran merokok dan faktor lingkungan tetap menjadi perhatian utama. Skrining dini sangat penting untuk meningkatkan hasil kesehatan, meskipun hanya sejumlah kecil yang mendapatkan akses tersebut. Upaya pencegahan dan kesadaran sangat diperlukan untuk mengurangi beban kanker paru-paru di masa mendatang.

Sumber Asli: www.docwirenews.com

Clara Wang

Clara Wang is a distinguished writer and cultural commentator who specializes in societal issues affecting marginalized communities. After receiving her degree from Stanford University, Clara joined the editorial team at a prominent news outlet where she has been instrumental in launching campaigns that promote diversity and inclusion in journalism.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *