Pria Kulit Hitam Sebut Kurangnya Undangan dan Informasi Sebagai Hambatan Utama Uji Klinis Kanker Prostat

Pria kulit hitam menyebutkan bahwa tidak diundang menjadi penghalang utama partisipasi dalam uji klinis kanker prostat. Hanya 10.4% dari responden yang ikut uji klinis, dengan pengalaman positif. Kebutuhan untuk meningkatkan kolaborasi dan outreach berfokus pada penjelasan dan keterlibatan komunitas mencuat dari hasil survei ini.

Sebuah survei dari Prostate Health Education Network (PHEN) menunjukkan bahwa pria kulit hitam menganggap tidak diundang sebagai alasan utama mereka tidak mengikuti uji klinis kanker prostat. Penelitian ini dipublikasikan di Urology Practice. “Pasien kanker prostat dapat menerima perawatan yang menyelamatkan nyawa dari uji klinis,” kata Dr. Keith Crawford, penulis utama. Dalam studi ini, 24% dari 480 anggota PHEN menyelesaikan survei tentang partisipasi mereka dalam uji klinis. Hanya 10.4% dari responden yang ikut uji klinis, namun semuanya melaporkan pengalaman yang memuaskan.

Partisipasi pria kulit hitam dalam penelitian kanker prostat rendah, sehingga perlu adanya strategi untuk meningkatkan inklusi mereka. Hasil survei menunjukkan bahwa 55.1% dari responden tidak berpartisipasi karena tidak diundang dan 13.5% karena kurangnya informasi. Rencana untuk meningkatkan partisipasi termasuk menjelaskan prosedur dan mendiskusikan nilai uji klinis dengan komunitas.

Ditemukan bahwa kurangnya undangan dan informasi merupakan penghalang utama bagi pria kulit hitam untuk berpartisipasi dalam uji klinis kanker prostat. Penelitian ini menyerukan kolaborasi lebih kuat antara pasien, profesional kesehatan, dan peneliti untuk meningkatkan partisipasi melalui strategi outreach. Memahami kekhawatiran dan kebutuhan komunitas sangat penting untuk menciptakan populasi uji klinis yang inklusif.

Sumber Asli: www.urologytimes.com

Miguel Santos

Miguel Santos is a renowned journalist with an expertise in environmental reporting. He has dedicated the last 12 years to exposing the impacts of climate change and advocating for sustainable practices through powerful storytelling. A graduate of the University of California, Miguel’s insights have influenced policy decisions and raised awareness on critical ecological issues.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *