Studi dari USC menemukan bahwa paparan PFAS dalam air minum dapat meningkatkan risiko kanker hingga 33%. PFAS ditemukan di banyak pasokan air di AS dan telah dikaitkan dengan berbagai jenis kanker. Diperlukan tindakan mitigasi dan pemahaman risiko kesehatan untuk melindungi masyarakat.
Sebanyak jutaan warga Amerika kini menghadapi kenyataan pahit tentang air minum mereka. Studi terbaru dari Keck School of Medicine di University of Southern California (USC) mengungkapkan bahwa paparan “bahan kimia abadi” dalam air ledeng meningkatkan risiko kanker hingga 33 persen. Bahan kimia ini, disebut sebagai polyfluoroalkyl substances (PFAS), ditemukan di hampir separuh pasokan air minum di AS.
PFAS telah dikaitkan dengan masalah kesehatan serius, termasuk kanker ginjal, payudara, dan testis. Selain itu, studi ini juga menghubungkan PFAS dengan kanker pencernaan, endokrin, pernapasan, serta mulut dan tenggorokan. Peneliti USC menganalisis data populasi besar dan menemukan pola mengkhawatirkan – kabupaten dengan air terkontaminasi melaporkan kasus kanker lebih tinggi antara 2016 dan 2021.
Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) memperkirakan bahwa kontaminasi PFAS menyumbang sekitar 6.864 kasus kanker baru setiap tahun. Meskipun ini hanya mencakup 0,4 persen dari total kasus kanker, dampak jangka panjang tetap mengkhawatirkan. Berbagai organisasi seperti Environmental Working Group (EWG) telah memetakan komunitas yang terkena dampak serta lokasi militer.
Batas maksimum PFAS yang ditetapkan EPA tahun lalu adalah empat bagian per triliun dalam air minum. Namun, banyak daerah, termasuk Nassau dan Suffolk di New York serta Los Angeles dan Orange di California, melebihi batas ini. Dalam kajian tersebut, angka peningkatan kanker di daerah-daerah tersebut bervariasi antara dua hingga 33 persen.
Temuan yang sangat perhatian berfokus pada perfluorobutanesulfonic acid (PFBS), sejenis PFAS yang terkait dengan kanker mulut dan tenggorokan. Pria di daerah dengan PFAS tinggi menunjukkan peningkatan kasus leukemia dan kanker yang memengaruhi sistem kemih, otak, serta jaringan lunak. Sedangkan wanita di daerah ini mengalami kejadian lebih tinggi kanker thyroid, mulut, tenggorokan, dan jaringan lunak.
PFAS adalah bahan kimia mikroskopis yang bertahan di lingkungan dan tubuh manusia selama ribuan tahun. Dengan kemampuannya menolak air dan minyak, PFAS umum digunakan dalam peralatan masak anti lengket, pakaian tahan air, dan kemasan makanan. Sayangnya, bahan kimia ini juga masuk ke pasokan air melalui aktivitas rumah tangga dan limbah pestisida dari lahan pertanian.
Tidak ada tingkat paparan PFAS yang aman. Bahkan jumlah kecil dapat terakumulasi dalam tubuh dan berpotensi menyebabkan efek kesehatan jangka panjang. Meski sistem air publik dapat mengolah air yang terkontaminasi, sumur pribadi masih menjadi tantangan bagi individu yang mengandalkannya. Untuk mengatasi masalah ini, rumah tangga bisa menggunakan filter khusus yang disarankan
Consumer Reports mengingatkan agar hanya membeli filter yang bersertifikat dari National Sanitation Foundation, Water Quality Association, atau International Association of Plumbing & Mechanical Officials. Harganya berkisar dari $45 untuk filter dasar hingga $1.200 untuk sistem di bawah wastafel yang lebih canggih, meskipun biaya tersebut dapat dianggap tinggi, ini merupakan salah satu cara terbaik untuk mengurangi paparan PFAS.
Kepala Penelitian, Dr. Shiwen Li, menekankan bahwa batasan yang ada mungkin masih terlalu longgar dan mungkin perlu pembatasan tambahan. Untuk melindungi kesehatan masyarakat, tindakan lebih lanjut diperlukan.
Penelitian tentang PFAS, atau bahan kimia abadi, telah menunjukkan dampak serius terhadap kesehatan. Dikenal sebagai bahan kimia yang ditemukan di hampir setengah pasokan air minum di AS, PFAS dikaitkan dengan sejumlah jenis kanker dan masalah kesehatan lainnya. Data yang diperoleh dari studi menunjukkan peningkatan signifikan dalam kasus kanker di daerah terkontaminasi yang menunjukkan pentingnya memahami potensi risiko bagi kesehatan masyarakat.
Studi ini menyoroti risiko kesehatan serius terkait dengan PFAS dalam air minum, termasuk peningkatan hingga 33 persen dalam kasus kanker. Walaupun EPA telah menetapkan batas, banyak daerah masih melampaui batas tersebut. Masyarakat didorong untuk memahami risiko ini dan mengambil langkah-langkah proaktif, seperti menggunakan filter air yang disertifikasi, untuk mengurangi paparan PFAS.
Sumber Asli: www.earth.com