Ruralitas Sebabkan Perbedaan Jarak Akses ke Screening Kanker Paru

Sebuah studi menemukan bahwa jarak ke fasilitas screening kanker paru-paru bervariasi berdasarkan ras, dengan kelompok AI/AN berada paling jauh. Ratarata jarak adalah 6,5 mil, dan ruralitas mempengaruhi akses terhadap LCS. Penelitian ini menunjukkan perlunya perhatian lebih dalam meningkatkan akses layanan kesehatan untuk kelompok etnis tertentu.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam Annals of Internal Medicine menunjukkan bahwa perbedaan jarak ke fasilitas screening kanker paru-paru (LCS) antara ras dan etnis sebagian besar dipengaruhi oleh ruralitas. Penelitian ini melibatkan 71.691 traktor sensus untuk menganalisis perbedaan berdasarkan ras, etnis, dan lokasi. Hasilnya, rata-rata jarak ke fasilitas LCS adalah 6,5 mil, dengan jarak di daerah mayoritas penduduk American Indian/Alaska Native (AI/AN) 426 persen lebih panjang dibandingkan dengan daerah mayoritas ras non-Hispanik Putih.

LCS merupakan langkah penting dalam mendeteksi kanker paru-paru lebih awal, yang dapat meningkatkan hasil perawatan. Namun, akses ke fasilitas tersebut bervariasi berdasarkan lokasi geografis dan demografi. Penelitian ini menyoroti tantangan yang dihadapi oleh kelompok etnis tertentu, terutama mereka yang tinggal di daerah pedesaan, dalam mendapatkan akses ke layanan kesehatan yang sama.

Studi ini menunjukkan bahwa jarak ke fasilitas LCS bervariasi secara signifikan berdasarkan ras dan lokasi, dengan kelompok AI/AN mengalami jarak terbesar. Penting untuk memahami dampak aksesibilitas ini terhadap tingkat penggunaan dan hasil kesehatan kanker paru-paru. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mencapai kesetaraan dalam akses layanan kesehatan kanker.

Sumber Asli: www.pulmonologyadvisor.com

Clara Wang

Clara Wang is a distinguished writer and cultural commentator who specializes in societal issues affecting marginalized communities. After receiving her degree from Stanford University, Clara joined the editorial team at a prominent news outlet where she has been instrumental in launching campaigns that promote diversity and inclusion in journalism.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *