Aspartam, pemanis buatan terkenal, tidak terhubung langsung dengan kanker menurut bukti saat ini. Meski WHO menyatakan kemungkinan risiko karsinogenik, agensi lain seperti FDA menegaskan bahwa aspartam aman. Individu dengan kondisi tertentu, seperti diabetes, dapat mengandalkan pemanis ini.
Aspartam adalah pemanis buatan yang sangat populer, sering dikenal sebagai NutraSweet atau Equal. Banyak ditemukan dalam berbagai makanan dan minuman, termasuk soda, makanan bebas gula, dan produk sehari-hari seperti pasta gigi dan obat-obatan. Pertanyaan mengenai hubungan aspartam dengan kanker sudah ada selama beberapa dekade, namun bukti saat ini tidak menunjukkan adanya keterkaitan langsung antara konsumsi aspartam dan risiko kanker. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mengklasifikasikan aspartam sebagai ‘mungkin karsinogenik bagi manusia’, tetapi ini didasarkan pada bukti terbatas dan tidak cukup meyakinkan. Agensi lain seperti FDA dan EFSA tetap berpendapat bahwa aspartam aman untuk dikonsumsi dalam batas paparan yang ditentukan. Bagi individu seberat sekitar 60 kg, batas konsumsi yang aman adalah sekitar 75 paket pemanis atau 9 hingga 14 kaleng soda diet per hari.
Aspartam menjadi subyek perdebatan mengenai kesehatan selama bertahun-tahun. Meskipun WHO mengeluarkan pernyataan tentang kemungkinan risiko, badan kesehatan lainnya menekankan keamanan aspartam berdasarkan data yang ada. Konsumsi pemanis buatan ini sering menjadi pilihan bagi individu yang ingin mengurangi asupan gula, terutama bagi mereka dengan diabetes atau pradiabetes.
Konsensus saat ini menunjukkan bahwa aspartam aman untuk dikonsumsi dalam batas yang ditetapkan tanpa risiko cancer yang meyakinkan. Mengurangi penggunaan aspartam dapat bermanfaat, namun penggantian dengan gula asli bukan solusi yang sehat.
Sumber Asli: hartfordhealthcare.org