Kemoterapi Terkait Nyeri Saraf Persisten pada 4 dari 10 Pasien Kanker

Sekitar 4 dari 10 pasien kanker yang menjalani kemoterapi mengalami nyeri saraf secara persisten, dengan obat berbasis platinum dan taxane sebagai penyebab utama. Penelitian mencakup 77 studi dan lebih dari 10.000 peserta di 28 negara. Temuan ini menekankan pentingnya pendekatan penanganan yang disesuaikan untuk pasien dengan neuropati kronis akibat kemoterapi.

Analisis data terbaru menyebutkan bahwa sekitar 40% pasien kanker yang menjalani kemoterapi mengalami nyeri saraf perifer yang persisten, atau neuropati. Jenis obat yang paling berisiko tinggi menyebabkan nyeri ini adalah obat berbasis platinum dan taxane, terutama pada pasien dengan kanker paru. Penelitian ini mencakup 77 studi dengan 10.962 peserta di 28 negara, menunjukkan pentingnya pendekatan yang lebih personal dalam perawatan nyeri akibat pengobatan kanker.

Kemoterapi dapat menyebabkan kerusakan pada sel dan jaringan sehat, termasuk sistem saraf, yang memberi dampak negatif seperti gangguan gerakan, kehilangan keseimbangan, serta gangguan sensori seperti kebas. Penilaian global ini dilakukan karena semakin banyaknya penyintas kanker dan perlunya pemahaman terhadap prevalensi neuropati akibat kemoterapi. Penelitian mencakup faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi frekuensi serta tingkat keparahan neuropati.

Baik desain studi maupun metodologi yang dipakai dalam penelitian ini menunjukkan keragaman yang signifikan. Penelitian ini menegaskan perlunya strategi penanganan yang disesuaikan untuk pasien dengan nyeri saraf akibat kemoterapi, mengingat dampaknya secara global. Temuan ini juga menunjukkan berita baik untuk penelitian di masa mendatang mengenai mekanisme dan intervensi pengurangan nyeri neuropatis.

Sumber Asli: www.news-medical.net

Miguel Santos

Miguel Santos is a renowned journalist with an expertise in environmental reporting. He has dedicated the last 12 years to exposing the impacts of climate change and advocating for sustainable practices through powerful storytelling. A graduate of the University of California, Miguel’s insights have influenced policy decisions and raised awareness on critical ecological issues.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *