Penemuan variasi genetik pada PSA mampu mengubah cara deteksi dan pengobatan kanker prostat dengan mengurangi over-diagnosis. Gene KLK3 menunjukkan bahwa variasi SNP rs17632542 dapat berpengaruh pada perkembangan kanker. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan metode diagnostik baru yang lebih akurat dan personalized.
Penemuan gen terbaru mengungkap variasi genetik dalam PSA yang dapat mempengaruhi risiko dan deteksi kanker prostat. Kanker prostat merupakan kanker kedua yang paling umum menyerang pria di seluruh dunia, meskipun metode diagnostiknya masih menjadi tantangan. Uji darah PSA, meski efektif mengurangi kematian terkait kanker prostat, juga menyebabkan over-diagnosis. Ini menunjukkan perlunya pendekatan skrining yang lebih individual, terutama untuk pria muda.
Peran biologis PSA melampaui fungsi diagnostik, berkontribusi pada proses biologis yang kompleks, termasuk interaksi dengan faktor pertumbuhan yang meningkatkan migrasi sel kanker serta metastasis tulang. Meskipun PSA berguna, kemampuannya masih terbatas dalam membedakan antara kanker yang agresif dan tidak. Penelitian genetik baru menunjukkan harapan untuk memperbaiki metode diagnostik yang ada.
Studi asosiasi genom skala luas telah mengidentifikasi 450 lebih polimorfisme nukleotida tunggal (SNP) yang berhubungan dengan risiko kanker prostat. Salah satu SNP yang menonjol adalah rs17632542 di gen KLK3, pengkode PSA, yang dikaitkan dengan risiko kanker prostat yang lebih rendah. Variasi genetik ini memengaruhi aktivitas biokimia PSA dan dampaknya dalam perkembangan kanker.
Studi terbaru menunjukkan bahwa varian SNP ini dapat menyebabkan tumor primer yang lebih kecil namun dengan potensi metastasis yang lebih tinggi, terutama ke tulang. Selain itu, pemilik varian ini cenderung memiliki level PSA total yang lebih rendah, yang dapat menyebabkan keterlambatan dalam diagnosis kanker prostat. Dr. Srinivasan, peneliti utama studi tersebut, menjelaskan bahwa temuan ini penting dalam menjelaskan kekacauan praktik diagnostik saat ini.
Meskipun tetap menjadi alat diagnostik penting, tes PSA tidak dapat membedakan kanker agresif dan non-agresif, yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien dan menyebabkan biaya perawatan kesehatan yang lebih tinggi. Temuan ini menunjukkan potensi pengobatan yang lebih personal untuk mengatasi tantangan ini, termasuk pengembangan perangkat diagnostik sederhana dan tepat guna untuk mendeteksi varian genetik terkait kanker prostat yang agresif.
Kerja sama antara peneliti telah meningkatkan pemahaman tentang bagaimana variasi genetik mempengaruhi hasil kanker prostat. Penelitian ini menawarkan peluang untuk memprediksi prognosis dengan lebih baik, yang pada gilirannya dapat membantu dalam identifikasi kelompok risiko tinggi untuk intervensi dini. Temuan ini membuka jalan bagi pendekatan yang lebih akurat dan personal dalam perawatan kanker prostat.
Kanker prostat adalah kanker yang paling umum kedua dijumpai pada pria. Meskipun metode diagnostik seperti uji PSA sudah ada lama, tantangan dalam deteksi dan penilaian risiko tetap ada. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa variasi genetik dalam gen yang mengkode untuk PSA dapat memperbaiki cara kita mendiagnosis dan merawat kanker ini.
Penemuan variasi genetik pada PSA dapat membantu mengurangi over-diagnosis kanker prostat dan memberikan cara yang lebih efektif untuk mendeteksi kanker agresif. Penelitian ini menunjukkan harapan bagi pendekatan pengobatan yang lebih individual dan akurat, dengan identifikasi kelompok risiko yang memerlukan intervensi lebih awal, yang dapat meningkatkan hasil bagi pasien.
Sumber Asli: www.thebrighterside.news