Tes Darah Dapat Pandu Penggunaan Obat Anti-Inflamasi Celecoxib untuk Mengurangi Risiko Kekambuhan Kanker Usus Besar

Pasien kanker usus besar stadium 3 yang diuji positif ctDNA setelah operasi dapat mengambil manfaat dari penambahan celecoxib dalam pengobatan pasca operasi. Studi ini menyoroti pentingnya ctDNA sebagai indikator prediktif dan dampak positif celecoxib pada kelangsungan hidup pasien tersebut.

Studi terbaru dari Dana-Farber Brigham Cancer Center menunjukkan bahwa pasien kanker usus besar stadium 3 dengan sisa kanker dalam darah setelah operasi mungkin mendapatkan manfaat dari celecoxib, obat antiinflamasi non-steroid. Pasien dengan hasil tes cairan tumor DNA (ctDNA) positif mengalami hasil yang buruk, tetapi mereka yang diobati dengan celecoxib menunjukkan kelangsungan hidup bebas penyakit yang lebih baik. Ini menandakan potensi personalisasi terapi pasca operasi bagi pasien tersebut.

Kanker usus besar stadium 3 biasanya ditangani dengan operasi yang diikuti oleh kemoterapi adjuvan untuk mengurangi risiko kekambuhan. Namun, beberapa pasien mengalami kekambuhan, dan penelitian di Dana-Farber berfokus pada peningkatan strategi terapi. Celecoxib muncul sebagai opsi yang menjanjikan untuk meningkatkan kelangsungan hidup pada pasien tertentu, khususnya mereka yang menunjukkan ctDNA positif pasca-operasi.

Penelitian ini menunjukkan bahwa celecoxib dapat memperbaiki kelangsungan hidup bagi pasien kanker usus besar stadium 3 dengan tes ctDNA positif setelah operasi. Hasil ini membuka pintu untuk pendekatan pengobatan yang lebih terpersonalisasi, memfokuskan pada pasien yang memiliki risiko tinggi untuk kekambuhan.

Sumber Asli: www.onclive.com

Miguel Santos

Miguel Santos is a renowned journalist with an expertise in environmental reporting. He has dedicated the last 12 years to exposing the impacts of climate change and advocating for sustainable practices through powerful storytelling. A graduate of the University of California, Miguel’s insights have influenced policy decisions and raised awareness on critical ecological issues.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *