Pasien kanker endometrium berisiko tinggi dengan mutasi PPP2R1A menunjukkan kelangsungan hidup (OS) yang lebih baik dengan pengobatan lenvatinib dan pembrolizumab dibandingkan yang tidak memiliki mutasi. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami hubungan biologi di balik temuan ini.
Hasil dari suatu studi retrospektif menunjukkan bahwa pasien kanker endometrium berisiko tinggi dengan mutasi PPP2R1A memiliki kelangsungan hidup keseluruhan (OS) yang lebih lama setelah pengobatan dengan kombinasi lenvatinib dan pembrolizumab dibandingkan dengan yang memiliki gen PPP2R1A tipe liar. Dari 24 pasien dengan mutasi, median OS belum tercapai, sedangkan pada 77 pasien PPP2R1A tipe liar median OS adalah 20,2 bulan. Hal ini diperkuat oleh data yang menunjukkan pasien yang juga memiliki mutasi TP53 di kelompok PPP2R1A-mutasi juga mengalami OS yang lebih baik.
Anne Knisely, MD, MPH, menyatakan bahwa studi lebih lanjut diperlukan untuk menjelaskan hubungan fungsional antara hilangnya PPP2R1A dan peningkatan imunitas antitumor. Penelitian sebelumnya dilakukan menunjukkan bahwa pasien kanker ovarium dengan mutasi ini memiliki hasil OS yang lebih buruk jika dibandingkan dengan pasien PPP2R1A tipe liar (median 28,0 bulan vs 9,0 bulan).
PPP2R1A adalah gen yang mengkode komponen skaffold dari protein fosfatase, yang terlibat dalam banyak proses seluler. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa PP2A mungkin bertindak sebagai pengatur negatif fungsi efektor sel T sitotoksik, serta berperan dalam sinyal penghambatan CTLA-4. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa penghambatan PP2A dapat mengembalikan penekanan limfosit yang terlibat dalam tumor
Analisis terbaru ini mencakup data dari 167 pasien kanker endometrium yang menerima lenvatinib dan pembrolizumab. Dari jumlah ini, 101 pasien diketahui status mutasi PPP2R1A-nya. Klasifikasi lebih lanjut dilakukan pada subgrupo risiko tinggi berdasarkan histologi tinggi dan mutasi TP53, meskipun subgrup ini tidak saling eksklusif.
Knisely dan rekan-rekannya merekomendasikan studi mekanistik lanjutan terkait mutasi PPP2R1A dalam model preklinis. “Menginvestigasi profil genetik pasien dapat memberikan wawasan mengenai respons mereka terhadap imunoterapi dan menjadi biomarker dalam percobaan mendatang,” kata Knisely. Sebuah uji coba fase 1/2 (NCT06065462) saat ini sedang dilakukan untuk menilai keamanan dan kemanjuran penghambatan PP2A dengan LB-100 dan dostarlimab-gxly.
Studi ini mengungkap bahwa mutasi PPP2R1A pada kanker endometrium berisiko tinggi dapat mempengaruhi kelangsungan hidup pasien saat diobati dengan kombinasi imunoterapi. Penelitian yang sedang dilakukan memiliki tujuan untuk mengeksplorasi lebih lanjut potensi PP2A sebagai target imunoterapi.
Pasien dengan mutasi PPP2R1A dalam kanker endometrium berisiko tinggi mengalami kelangsungan hidup yang lebih baik dengan imunoterapi dibandingkan rekan mereka dengan gen tipe liar. Penelitian tambahan mengenai mekanisme dan pengaruh mutasi ini terhadap hasil terapi diharapkan dapat meningkatkan pendekatan terapeutik ke depan.
Sumber Asli: www.onclive.com