WHO mencatat peningkatan kasus kanker baru dan kematian di Asia Tenggara, memperkirakan 85% kenaikan hingga 2050. Pada tahun 2022, terdapat 2,4 juta kasus baru dan 1,5 juta kematian. Vaksinasi HPV dan program skrining kanker menunjukkan kemajuan, tetapi tantangan tetap ada, termasuk rendahnya cakupan skrining dan akses ke layanan kesehatan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan peningkatan signifikan kasus kanker di Asia Tenggara, dengan proyeksi lonjakan 85% untuk kasus baru dan kematian pada tahun 2050. Pada 4 Februari, Direktur Regional WHO Asia Tenggara, Saima Wazed, menyatakan bahwa pada tahun 2022, kawasan tersebut mencatat 2,4 juta kasus kanker baru dan 1,5 juta kematian, menandakan krisis kesehatan masyarakat yang serius.
Meskipun demikian, beberapa kemajuan telah tercapai dalam pengendalian kanker. Proyek Kesehatan Unggulan Bhutan berhasil melakukan skrining lebih dari 90% populasi sasaran untuk kanker lambung, serviks, dan payudara, serta menghubungkan individu dengan hasil positif ke layanan diagnosis dan pengobatan. Selain itu, delapan negara di kawasan ini telah memperkenalkan vaksinasi human papillomavirus (HPV) secara nasional untuk mengurangi insiden kanker serviks.
WHO menekankan pentingnya vaksinasi dalam pencegahan kanker. Dalam satu pernyataan di X, WHO menyebutkan bahwa vaksin HPV dan hepatitis B sangat berperan dalam menurunkan risiko kanker serviks dan hati. WHO juga memperbarui rekomendasi vaksin kanker serviks untuk mendorong cakupan yang lebih luas, mengizinkan jadwal satu dosis untuk anak perempuan usia 9-14 tahun, guna meningkatkan keterjangkauan terutama di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Efektivitas vaksin HPV telah terlihat di negara lain. Di Inggris, vaksin HPV telah menurunkan angka kanker serviks hingga 85%. NHS di Inggris menargetkan penghapusan kanker serviks pada tahun 2040, dengan vaksinasi HPV menjadi salah satu pilar utama strategi tersebut. Namun, cakupan skrining kanker serviks di Asia Tenggara masih rendah, dengan tujuh negara melaporkan angka di bawah 50% dari target 70% untuk penghapusan.
Penggunaan tembakau, sebagai faktor risiko utama beberapa kanker, telah mengalami penurunan tercepat di kawasan tersebut. WHO bekerja dengan pemerintah setempat untuk mendukung upaya pengendalian tembakau, yang dapat membantu mengurangi risiko kanker. Sonali Johnson dari UICC menekankan pentingnya memasukkan kondisi hidup masyarakat ke dalam dialog kebijakan agar lebih sesuai dengan kebutuhan pencegahan kanker.
Meskipun sudah ada beberapa langkah positif, WHO mencatat adanya tantangan utama dalam pengendalian kanker di Asia Tenggara, termasuk kebijakan yang tidak konsisten, diagnosis yang terlambat, dan akses perawatan yang terbatas. Hanya enam negara yang mencakup layanan kanker dalam paket manfaat kesehatan nasional, dan perawatan paliatif masih belum memadai. Selain itu, banyak negara yang tidak memiliki register kanker dan sistem surveilans.
WHO telah bekerja sama dengan negara-negara anggota untuk mengembangkan Strategi Regional WHO Asia Tenggara untuk pencegahan dan manajemen kanker yang komprehensif 2024-2030. Strategi ini menekankan pendekatan yang berpusat pada masyarakat, memperhatikan pengalaman pasien dan pengasuh di samping hasil klinis.
Pada peringatan Hari Kanker Sedunia, Inggris juga mengumumkan percobaan klinis untuk mengevaluasi penggunaan AI dalam skrining kanker payudara untuk mempercepat waktu tunggu dan mengurangi jumlah staf yang diperlukan. Ini terjadi di tengah kekhawatiran tentang dampak penarikan AS dari WHO terhadap pendanaan kesehatan global.
WHO mengungkapkan meningkatnya beban kanker di Asia Tenggara, dengan angka kasus dan kematian yang terus meningkat. Meskipun ada kemajuan dalam kontrol kanker di beberapa negara, tantangan seperti kebijakan yang tidak konsisten dan akses yang terbatas terhadap layanan kesehatan masih ada. Vaksinasi HPV dan inisiatif pencegahan menjadi salah satu fokus utama WHO, terutama dalam konteks peningkatan kasus kanker serviks.
Secara keseluruhan, WHO memperingatkan bahwa dengan adanya lonjakan kasus kanker di Asia Tenggara, tindakan pencegahan dan pengendalian kanker harus ditingkatkan. Program vaksinasi dan penguatan sistem kesehatan sangat penting untuk mengatasi tantangan yang ada, serta memenuhi kebutuhan masyarakat dalam pencegahan dan perawatan kanker.
Sumber Asli: www.pharmaceutical-technology.com