Cervical cancer is a significant health issue for women globally, especially in low and middle-income countries. Research by Dr. Robyn Adams explores DNA methylation as a promising method to enhance HPV screening, particularly for women with HIV. More studies are needed to validate this approach, and aligning national health policies with WHO guidelines is essential for effective cervical cancer prevention.
Kanker serviks adalah kanker keempat paling umum di kalangan wanita di seluruh dunia, dan sebagian besar kematian terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah, terutama di Afrika Sub-Sahara. Kanker ini, yang disebabkan oleh infeksi HPV, merupakan penyebab utama kematian karena kanker di antara wanita di Afrika Selatan. Meski telah ada kemajuan dalam deteksi dan pencegahan, tantangan tetap ada.
Dr. Robyn Adams dari Universitas Stellenbosch meneliti pemanfaatan metilasi DNA sebagai tes molekuler untuk meningkatkan skrining HPV, terutama bagi wanita dengan HIV yang berisiko tinggi. Wanita dengan HIV lebih rentan terhadap infeksi HPV berkepanjangan dan kanker serviks akibat sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Uji metilasi DNA dapat meningkatkan spesifisitas skrining HPV dengan mendeteksi perubahan tertentu dalam DNA sel serviks. Perubahan ini merupakan tanda bahwa infeksi HPV dapat memicu perkembangan kanker. Metode ini lebih awal dalam mendeteksi risiko dibandingkan metode tradisional yang hanya memeriksa sel abnormal.
Sistem ini dirancang untuk membantu mengidentifikasi wanita berisiko tinggi lebih akurat, penting di daerah dengan akses perawatan yang terlambat. Uji ini bisa dilakukan menggunakan sampel yang sama dengan tes HPV.
Namun, meski berhasil mengidentifikasi masalah serviks, uji ini juga menghasilkan banyak hasil yang tidak valid. Penelitian lebih lanjut dengan lebih banyak peserta diketahui diperlukan untuk meningkatkan keandalan tes ini. Keterjangkauan juga krusial untuk implementasi yang lebih luas.
Adams merekomendasikan agar kebijakan pencegahan kanker serviks nasional diselaraskan dengan pedoman WHO, yang menekankan tes HPV DNA sebagai standar emas. Penggunaan tes HPV semakin meningkat di Afrika Selatan, dan penting untuk menyelaraskan kebijakan agar konsisten dan eqitable di seluruh provinsi.
Peralihan ke tes HPV DNA harus dipercepat dengan mengadopsi opsi pengambilan sampel sendiri dan menguatkan sistem pengumpulan data. Ini akan membantu dalam melacak kemajuan, serta menyesuaikan metodologi untuk wanita dengan HIV agar lebih efektif dalam deteksi dini kanker.
Kanker serviks merupakan masalah kesehatan penting, utamanya di negara berkembang dengan cara paparan lebih tinggi terhadap HPV. Perkembangan dalam teknologi skrining seperti DNA metilasi menunjukkan potensi untuk memperbaiki deteksi dan pengelolaan risiko kanker ini, terutama di kalangan wanita yang lebih rentan seperti mereka yang hidup dengan HIV. Dalam konteks ini, penelitian baru yang fokus pada metode pengujian ini mengarah pada kemungkinan peningkatan deteksi dini.
Peningkatan metode deteksi awal kanker serviks melalui metilasi DNA menunjukkan janji, tetapi memerlukan penelitian lebih lanjut untuk status validitasnya. Penting untuk menerapkan kebijakan pencegahan kanker serviks yang menyeluruh dan konsisten di Afrika Selatan, terutama bagi wanita yang hidup dengan HIV, dengan mengadopsi teknologi baru dan memastikan akses yang lebih baik terhadap pengujian. Keselarasan dengan pedoman WHO merupakan langkah krusial menuju penyelesaian tantangan kesehatan ini.
Sumber Asli: www.sun.ac.za