Dampak Ketakutan Kekambuhan Kanker pada Penyintas Kanker Payudara

Penyintas kanker payudara sering mengalami ketakutan akan kekambuhan yang mengganggu berbagai aspek kehidupan mereka. Studi menunjukkan dampak luas pada kesehatan emosional dan perilaku, dengan banyak penyintas melaporkan stres dan ketidaknyamanan. Selain itu, mereka mengandalkan beragam strategi untuk mengatasi ketakutan ini, dengan harapan menemukan tujuan, kontrol, dan kebersamaan dalam prosesnya.

Kanker payudara adalah jenis kanker yang paling umum di dunia. Meskipun deteksi lebih awal dan perawatan yang ditargetkan telah meningkatkan angka kelangsungan hidup, banyak penyintas kanker payudara mengalami ketakutan akan kekambuhan. Bagi sebagian, ketakutan ini terjadi sesekali, sedangkan bagi yang lain, ini bersifat persistensi dan mengganggu secara signifikan.

Sebuah studi baru tentang penyintas kanker payudara menunjukkan bahwa ketakutan akan kekambuhan memiliki dampak luas dalam berbagai aspek kehidupan mereka, termasuk emosional, perilaku, kognitif, hubungan, dan profesional. Dampak ini lebih besar dan lebih sering terjadi pada mereka yang memiliki ketakutan yang lebih tinggi terhadap kekambuhan.

Peserta studi merasa bebas dari penyakit dan sedang berusaha membangun kehidupan pasca pengobatan. Hasil penelitian ini memberikan pemahaman tentang bagaimana ketakutan akan kekambuhan mengganggu penyintas dan cara mereka menghadapinya. Menurut Shelley Johns, PsyD, penulis senior dan peneliti dari Regenstrief Institute, dampak ketakutan bervariasi dari yang ringan hingga parah, dan dapat memengaruhi berbagai domain kehidupan.

Sekitar 74 persen peserta mengalami ketakutan klinis akan kekambuhan. Wanita yang mengalami ketakutan ringan melaporkan kejadian sporadis, sedangkan yang mengalami ketakutan signifikan menggambarkan ketakutan ini sebagai sesuatu yang terus-menerus atau mudah tersulut. Beberapa mengeluh tentang tidur terganggu menjelang mammogram atau merasa jauh dari aktivitas sosial karena ketakutan akan kanker.

Dalam survei terbuka yang diikuti oleh 347 wanita, banyak yang melaporkan stres, irritabilitas, dan kesedihan. Beberapa merasa tersisih karena khawatir bahwa mereka lebih khawatir dibandingkan penyintas lain. Kesulitan komunikasi dengan keluarga karena pemikiran tentang masa depan dan jumlah momen bersama dengan anak-anak juga diungkapkan.

Survivor memberikan wawasan tentang dampak ketakutan pada kehidupan sehari-hari mereka, seperti motivasi untuk hidup sehat, dan kekhawatiran saat merasakan nyeri di area kanker. Sebagian besar berjuang dengan pemicu yang terletak di lingkungan sekitar mereka, dari perayaan hingga informasi medis di media sosial.

Mereka mengadopsi berbagai strategi untuk mengatasi ketakutan ini, termasuk berusaha positif, menjaga kebersihan, tidur cukup, dan bercakap-cakap dengan keluarga. Beberapa memilih menghindari hal-hal yang memicu pikiran tentang kekambuhan, sementara yang lain lebih suka fokus pada bersyukur dan menjalani hari-hari mereka.

Ketakutan akan kekambuhan kanker merupakan tantangan psikologis yang umum dihadapi oleh penyintas kanker. Dengan meningkatnya angka kelangsungan hidup akibat deteksi dan perawatan yang lebih baik, banyak penyintas berjuang untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan pasca pengobatan. Penelitian ini memberikan wawasan mengenai dampak psikologis yang terjadi akibat ketakutan tersebut serta cara-cara coping yang dipilih oleh penyintas untuk mengatasi rasa cemas.

Penelitian ini menunjukkan bahwa ketakutan akan kekambuhan kanker payudara mengganggu kehidupan penyintas secara luas, berdampak pada pemikiran, hubungan, dan kesejahteraan psikologis sehari-hari. Banyak survivor yang merasakan dampak emosional yang signifikan dari ketakutan ini, sehingga penting untuk mengembangkan intervensi berbasis bukti untuk membantu mereka. Dukungan melalui komunitas dan pengelolaan stres juga menjadi aspek penting dalam kehidupan mereka.

Sumber Asli: www.news-medical.net

Clara Wang

Clara Wang is a distinguished writer and cultural commentator who specializes in societal issues affecting marginalized communities. After receiving her degree from Stanford University, Clara joined the editorial team at a prominent news outlet where she has been instrumental in launching campaigns that promote diversity and inclusion in journalism.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *