Kombinasi neoadjuvant atezolizumab, trastuzumab, dan pertuzumab dengan epirubicin menunjukkan respons patologis lengkap (pCR) 60,3% pada kanker payudara awal HER2-positif. Di kelompok gabungan, pCR mencapai 65,5%. Penelitian ini, meskipun menjanjikan, juga menunjukkan perlunya penelitian lebih lanjut terkait kemoterapi yang lebih efektif dan efek samping yang mungkin muncul.
Penelitian baru menunjukkan bahwa kombinasi neoadjuvant atezolizumab, trastuzumab, dan pertuzumab dengan epirubicin menghasilkan respons patologis lengkap (pCR) pada pasien kanker payudara awal HER2-positif. Dalam populasi ITT sebanyak 58 pasien, tingkat pCR tercatat 60,3% secara keseluruhan. Di antara kelompok yang menerima ketiga obat tersebut, tingkat pCR mencapai 65,5%. Walaupun ada hasil positif, penelitian sebelumnya menunjukkan potensi pengurangan manfaat dari imunoterapi di tengah kemoterapi standar untuk kanker payudara ini.
Selama penelitian ABCSG-52/ATHENE, pasien yang terlibat adalah perempuan berusia rata-rata 57 tahun dengan kanker payudara HER2-positif. Protokol pengobatan dibagi menjadi dua bagian: induksi bebas kemoterapi dengan terapi dual HER2 dan fase pengobatan lanjutan dengan epirubicin. Pasien yang tidak mencapai pCR disarankan untuk melanjutkan terapi kemoterapi adjuvan berbasis taksan.
Efek samping terbesar yang dilaporkan termasuk mual, diare, dan kelelahan, dengan tingkat efek samping berat mencapai 29,3%. Meskipun ada tantangan dari segi ukuran sampel, hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan baru tentang pengobatan kombinasi dalam kanker payudara HER2-positif. Para penulis mengidentifikasi perlunya penelitian lebih lanjut mengenai sekuensi dan kombinasi kemoterapi dan imunoterapi di dalam konteks ini.
Studi ini menyoroti efektivitas neoadjuvant atezolizumab, trastuzumab, dan pertuzumab dalam mencapai pCR pada kanker payudara HER2-positif. Dengan hasil pCR yang mencapai 65,5% di kelompok terapi kombinasi, penelitian ini membuka pertanyaan penting mengenai penggunaan imunoterapi. Namun, perlu pertimbangan terhadap ancaman efek samping dan perlunya penelitian lanjutan untuk memahami interaksi antara imunoterapi dan kemoterapi.
Sumber Asli: www.onclive.com