AI dan Genomik dalam Personalisasi Perawatan Kanker

Penelitian USC mengungkap mutasi genetik yang mempengaruhi pengobatan kanker. Dengan analisis 78.000 pasien, ditemukan 800 perubahan genetik berhubungan dengan kelangsungan hidup pasien. Studi ini mengedepankan pentingnya pendekatan medis presisi dalam mengobati kanker dengan memanfaatkan profil genetik individual untuk memilih terapi yang efektif.

Sebuah studi yang dipimpin oleh Profesor Asisten Ilmu Komputer USC, Ruishan Liu, mengungkap bagaimana mutasi genetik tertentu mempengaruhi hasil pengobatan kanker. Penelitian ini menganalisis data dari lebih dari 78.000 pasien kanker di 20 jenis kanker, termasuk yang menerima immunoterapi, kemoterapi, dan terapi target. Hasil menunjukkan bahwa hampir 800 perubahan genetik berdampak langsung pada kelangsungan hidup pasien.

Penelitian ini juga menemukan 95 gen yang berhubungan signifikan dengan survival pada kanker payudara, ovarium, kulit, dan gastrointestinal. “Dengan memahami bagaimana mutasi berbeda mempengaruhi respons pengobatan, dokter dapat memilih terapi yang paling efektif,” kata Liu. Mengembangkan alat pembelajaran mesin, tim ini dapat memprediksi respons pasien kanker paru-paru lanjutan terhadap immunoterapi.

Temuan utama mencakup:
• Mutasi KRAS terkait respons buruk terhadap pengobatan.
• Mutasi NF1 meningkatkan respons terhadap immunoterapi.
• Mutasi jalur PI3K bervariasi tergantung tipe kanker.
• Mutasi jalur perbaikan DNA meningkatkan efektivitas immunoterapi.
• Jalur terkait imun menunjukkan tingkat kelangsungan hidup lebih baik.

Dari pendekatan medis presisi, studi ini menekankan pentingnya menyesuaikan pengobatan dengan genetik unik pasien. Meskipun data mutasi yang luas ada, hanya sedikit perawatan yang memiliki validasi klinis. Untuk mengatasi masalah ini, tim Liu mengembangkan model Random Survival Forest (RSF) untuk merekomendasikan perawatan bagi pasien kanker paru.

“Tujuan kami adalah menemukan pola yang mungkin tidak jelas dan menerjemahkan wawasan ini menjadi alat nyata untuk memperluas akses immunoterapi bagi pasien kanker,” tambah Liu. Penelitian ini menunjukkan kekuatan sains komputasi dalam mengubah data klinis dan genomik menjadi wawasan yang dapat ditindaklanjuti.

Studi ini menerangi pentingnya profil genetik dalam personalisasi perawatan kanker. Dengan mendalami bagaimana mutasi genetik mempengaruhi respons terhadap terapi, penelitian ini memberdayakan dokter untuk memilih pengobatan yang lebih efektif. Pengembangan alat prediktif baru berpotensi memperluas akses ke immunoterapi dan membuat perawatan kanker lebih tepat sasaran.

Sumber Asli: viterbischool.usc.edu

Nina Sharma

Nina Sharma is a rising star in the world of journalism, celebrated for her engaging storytelling and deep dives into contemporary cultural phenomena. With a background in multimedia journalism, Nina has spent 7 years working across platforms, from podcasts to online articles. Her dynamic writing and ability to draw out rich human experiences have earned her features in several respected publications, captivating a diverse audience.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *