Cemiplimab diterima oleh SMC untuk pengobatan kanker serviks rekuren di Skotlandia setelah kemoterapi berbasis platinum. Ini adalah imunoterapi pertama untuk kondisi tersebut, dengan uji klinis menunjukkan perbaikan signifikan dalam kelangsungan hidup pasien dan laju respons objektif.
Regeneron UK Limited mengumumkan bahwa Scottish Medicines Consortium (SMC) telah menyetujui Libtayo (cemiplimab) untuk digunakan di NHS untuk pengobatan monoterapi lini kedua bagi orang dewasa dengan kanker serviks yang rekuren atau metastatik setelah kemoterapi berbasis platinum. Kanker serviks lanjut memiliki prognosis buruk dan berdampak signifikan pada kualitas hidup pasien. Hanya 20% wanita dengan kanker serviks stadium IV yang dapat bertahan hidup lima tahun di Skotlandia.
James Winterman, Manajer Negara Regeneron UK dan Irlandia untuk Onkologi, menyatakan bahwa penerimaan cemiplimab oleh SMC merupakan langkah penting, menjadi imunoterapi pertama yang tersedia untuk kanker serviks rekuren atau metastatik setelah kemoterapi berbasis platinum. Angka kejadian kanker serviks di Skotlandia jauh lebih tinggi dari rata-rata UK.
Cemiplimab adalah antibodi monoklonal manusia penuh yang menargetkan reseptor imun checkpoint PD-1 pada sel T. Dengan mengikat PD-1, cemiplimab dapat menghalangi sel kanker dalam menggunakan jalur PD-1 untuk menekan aktivasi sel T.
Keputusan SMC didasarkan pada data dari uji klinis fase 3 EMPOWER-Cervical 1, yang melibatkan pasien dengan progresi penyakit setelah kemoterapi lini pertama berbasis platinum. Semua pasien terdaftar terlepas dari status ekspresi PD-L1. Pada uji coba ini, pasien yang diobati dengan cemiplimab menunjukkan perbaikan signifikan dalam kelangsungan hidup keseluruhan dan laju respons objektif dibandingkan dengan yang menerima kemoterapi.
Kesetujui Libtayo oleh SMC memberi harapan baru bagi pasien kanker serviks di Skotlandia, terutama mereka yang mengalami kekambuhan setelah kemoterapi. Ini merupakan langkah maju dalam menyediakan pilihan pengobatan yang lebih baik dan meningkatkan angka kelangsungan hidup bagi wanita di negara tersebut.
Sumber Asli: pharmatimes.com