Risiko Diabetes pada Penyintas Kanker Anak dan Remaja

Penelitian menunjukkan bahwa penyintas kanker anak dan remaja lebih berisiko mengembangkan diabetes, dengan prosedur seperti radiasi tubuh total dan HSCT berkontribusi signifikan terhadap peningkatan risiko. Dari 4238 penyintas, 3,8% terdiagnosis diabetes selama rata-rata 14,3 tahun. Penyintas HSCT alogenik memiliki risiko tertinggi, dengan insiden diabetes mencapai 25,7%. Kewaspadaan jangka panjang dan skrining diperlukan untuk mengelola risiko ini.

Perawatan untuk anak dan remaja muda dengan kanker (CYAC), terutama radiasi tubuh total dan transplantasi sel punca hematopoietik alogenik (HSCT), meningkatkan risiko jangka panjang diabetes pada penyintas. Penelitian retrospektif ini menganalisis data dari 4238 penyintas CYAC di Inggris yang didiagnosis antara 1974 hingga 2016 untuk memahami dampak dari berbagai perawatan terhadap risiko diabetes. Pengalaman terkait perawatan termasuk radiasi tubuh total, radiasi abdominal, kortikosteroid, dan HSCT. Hasil utama adalah diagnosis diabetes baru, dengan data diambil dari coding klinis rumah sakit dan nilai A1c.

Selama rata-rata tindak lanjut 14,3 tahun, 3,8% penyintas CYAC didiagnosis diabetes. Insiden kumulatif standar diabetes untuk penyintas yang menerima radiasi tubuh total meningkat dari 4,4% pada tahun ke-10 menjadi 21,0% pada tahun ke-40 setelah diagnosis, dibandingkan dengan 1,4% dan 8,4% untuk mereka yang tidak menerima perawatan ini. Pengobatan kortikosteroid juga terlihat meningkatkan insiden kumulatif standar dari 3,1% di tahun ke-10 menjadi 16,3% di tahun ke-40. Penyintas HSCT alogenik memiliki insiden kumulatif diabetes 25,7%, lebih tinggi dari transplantasi non-alogenik (17,5%) dan autolog (7,9%).

Radiasi abdomen berhubungan dengan risiko diabetes pada pasien yang didiagnosis antara usia 0-14 tahun, tetapi tidak signifikan pada usia 15-29 tahun. Tidak ada perbedaan signifikan dalam risiko diabetes antara yang menerima radiasi kranio dan yang tidak. Temuan ini menekankan perlunya kewaspadaan terus-menerus terhadap komplikasi terkait pengobatan bagi pasien CYAC jangka panjang, serta dukungan untuk penyaringan yang tersegmentasi berdasarkan risiko.

Penelitian ini diinisiasi oleh Kirsten J. Cromie dari Leeds Institute of Cardiovascular and Metabolic Medicine dan dipublikasikan di Diabetes Care. Beberapa batasan mencakup kurangnya data nilai A1c dari rumah sakit tertentu dan keterbatasan dalam definisi diabetes yang diperoleh dari kohort yang hanya terfokus pada Leeds Teaching Hospitals Trust. Dukungan diperoleh dari Child Health Outcomes Research di Leeds tanpa konflik kepentingan oleh penulis.

Penelitian ini menunjukkan bahwa penyintas keganasan pada anak dan remaja menghadapi risiko diabetes jangka panjang, terkait dengan jenis perawatan yang diterima. Sangat penting untuk melakukan pemantauan dan skrining secara teratur untuk mendeteksi diabetes pada penyintas, serta mengembangkan strategi pencegahan yang sesuai.

Sumber Asli: www.medscape.com

Nina Sharma

Nina Sharma is a rising star in the world of journalism, celebrated for her engaging storytelling and deep dives into contemporary cultural phenomena. With a background in multimedia journalism, Nina has spent 7 years working across platforms, from podcasts to online articles. Her dynamic writing and ability to draw out rich human experiences have earned her features in several respected publications, captivating a diverse audience.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *