Tingginya Polifarmasi di Antara Pasien Kanker Paru-paru

Polifarmasi tinggi di antara pasien kanker, khususnya pada yang lebih muda dan dengan kanker stadium IV. Prevalensi meningkat menjadi 57% setelah diagnosis. Hipertensi pada penggunaan obat menyangkut banyak interaksi obat dan tingginya penggunaan UGD. Rekomendasi penyertaan tim multidisipliner untuk pengelolaan obat yang lebih optimal.

Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan polifarmasi (menggunakan lima atau lebih obat) sangat tinggi di kalangan pasien kanker, termasuk dalam kelompok dewasa muda. Prevalensi polifarmasi di Ontario sebelum dan setelah diagnosis kanker mencapai 46% dan 57% masing-masing. Pasien kanker paru-paru memiliki tingkat tertinggi dengan 52,4% mengalami polifarmasi, terutama pasien yang didiagnosis dengan kanker stadium IV yang angkanya mencapai 51,3%.

Polifarmasi berhubungan dengan tingginya penggunaan layanan kesehatan, termasuk kunjungan ke unit gawat darurat (UGD) dan rawat inap. Dengan minor polifarmasi (5 hingga 9 obat), odds untuk menjadi pengguna tinggi UGD meningkat menjadi 1,16, sedangkan untuk hyper-polifarmasi (≥10 obat) meningkat hingga 1,41. Selain itu, para peneliti mencatat bahwa penggunaan obat juga berhubungan dengan tingkat multimorbiditas dan usia pasien.

Mayoritas partisipan penelitian berusia rata-rata 65,8 tahun dan setengah dari mereka memiliki tiga atau lebih kondisi kronis. Hasil menunjukkan bahwa prevalensi hyper-polifarmasi meningkat secara signifikan setelah pasien didiagnosis kanker, terutama di kalangan pasien muda dan mereka yang tidak memiliki kondisi kronis lainnya.

Keterlibatan tim multidisipliner, termasuk apoteker, sangat penting dalam mengawasi dan menyesuaikan daftar obat untuk mengurangi polifarmasi dan mencapai hasil optimal dalam perawatan pasien. Peneliti mendorong perlunya penelitian lebih lanjut tentang polifarmasi dan dampaknya pada pasien kanker, terlepas dari usia mereka.

Dr. Benyam Muluneh menggarisbawahi pentingnya memperhatikan pasien dewasa muda dalam konteks polifarmasi, karena mereka sering lebih berisiko mengalami kesulitan dalam mematuhi terapi. Apoteker perlu melakukan rekonsiliasi obat dan memeriksa interaksi antar obat lebih cermat, terutama saat pasien beralih ke beberapa apotek untuk menemukan pengobatan yang lebih terjangkau.

Studi ini menyoroti tingginya prevalensi polifarmasi di kalangan pasien kanker, terutama lung cancer dan pasien muda. Polifarmasi dapat meningkatkan risiko penggunaan layanan kesehatan yang tinggi, termasuk UGD dan rawat inap. Penting untuk melibatkan tim kesehatan multidisipliner untuk mengelola medikasi dan meminimalkan dampak buruk terkait polifarmasi, serta untuk mendorong penelitian lebih lanjut di bidang ini.

Sumber Asli: www.pharmacypracticenews.com

Clara Wang

Clara Wang is a distinguished writer and cultural commentator who specializes in societal issues affecting marginalized communities. After receiving her degree from Stanford University, Clara joined the editorial team at a prominent news outlet where she has been instrumental in launching campaigns that promote diversity and inclusion in journalism.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *