Sebuah studi menunjukkan bahwa penyintas kanker yang mengalami nyeri lebih cenderung menggunakan rokok dan kanabis. Penelitian ini menganalisis data dari dua survei besar di AS, menemukan adanya hubungan antara nyeri, penggunaan substansi, dan kesehatan yang lebih buruk. Ini menunjukkan perlunya perawatan yang terpadu untuk nyeri dan penggunaan substansi pada pasien kanker.
Penelitian terbaru yang diterbitkan di jurnal CANCER oleh Wiley menunjukkan bahwa kanker penyintas yang mengalami nyeri lebih mungkin menggunakan substansi non-opioid seperti rokok dan kanabis. Temuan ini mengindikasikan bahwa penggunaan rokok dan nyeri berhubungan dengan efek samping pengobatan yang lebih banyak dan kesehatan yang lebih buruk di kalangan penyintas kanker.
Dalam satu studi, peneliti menganalisis data dari 1,252 peserta dari studi PATH 2021 dan 4,130 peserta dari survei kesehatan nasional 2020. Hasil menunjukkan bahwa intensitas nyeri yang lebih tinggi meningkatkan kecenderungan penggunaan rokok, e-rokok, dan kanabis, namun menurunkan kemungkinan untuk mengonsumsi alkohol. Nyeri kronis juga berhubungan positif dengan penggunaan rokok dan negatif dengan penggunaan alkohol.
Kedua studi menunjukkan alcohol dan penggunaan rokok terkait dengan kelelahan, kesulitan tidur, serta kesehatan mental dan fisik yang lebih buruk. Penelitian ini menunjukkan perlunya menangani nyeri dan penggunaan zat bersama-sama dalam perawatan kanker. Dr. Jessica M. Powers menyatakan, “Nyeri dapat mendorong penggunaan zat, dan sebaliknya, penggunaan zat dapat memperburuk nyeri, menciptakan siklus yang sulit diputus.”
Powers menambahkan, “Meskipun penyintas kanker mungkin merokok atau menggunakan substansi untuk mengatasi rasa sakit, hal ini dapat merugikan kesehatan dan mengurangi efektivitas pengobatan kanker serta meningkatkan risiko kekambuhan kanker.”
Temuan penelitian ini menggarisbawahi pentingnya mengatasi nyeri dan penggunaan substansi secara bersamaan pada pasien kanker. Dengan pemahaman bahwa nyeri dapat meningkatkan penggunaan zat dan substansi dapat memperburuk nyeri, intervensi kesehatan harus diarahkan untuk memecah siklus ini demi meningkatkan kualitas hidup penyintas kanker.
Sumber Asli: www.news-medical.net