FDA telah melarang pewarna Merah 3 dalam makanan dan obat-obatan karena diketahui menyebabkan kanker pada tikus. Penggunaan pewarna buatan di makanan tetap menjadi perhatian, dengan beberapa aktivis mendorong larangan lebih lanjut. Sementara alternatif alami tersedia, stabilitas pewarna ini masih menjadi tantangan, dan konsumen didorong untuk memeriksa label bahan saat memilih makanan.
FDA telah melarang penggunaan pewarna Merah 3 dalam makanan karena risiko kanker yang ditemukan pada tikus laboratorium, dengan batas waktu pemulangan hingga Januari 2027 untuk makanan dan Januari 2028 untuk obat. Pewarna ini, dikenal juga sebagai erythrosine, dikenakan larangan akibat penelitian yang menunjukkan bahwa bahan ini dapat menyebabkan kanker pada hewan. Walaupun pejabat FDA menegaskan bahwa metode yang menyebabkan kanker ini tidak relevan bagi manusia, larangan tetap diberlakukan.
Pewarna buatan tidak alami terbuat dari bahan kimia berbasis petroleum yang digunakan untuk memberi daya tarik visual pada produk. Di AS, selain Merah 3, terdapat sembilan pewarna lain yang diizinkan, termasuk Biru 1, Merah 40, dan Kuning 5. FDA mengatur penggunaan pewarna sintetis ini, tetapi dengan larangan Merah 3, produsen memiliki waktu hingga Januari 2027 untuk menghentikannya.
Aktivis konsumen seperti Center for Science in the Public Interest telah lama berjuang untuk melarang pewarna Merah 3 terkait dengan risiko kanker pada tikus. Selain itu, pewarna buatan juga dikaitkan dengan masalah perilaku pada anak-anak, terutama mereka yang berisiko ADHD. Dr. L. Eugene Arnold mengungkapkan bahwa pewarna tersebut tidak menjadi penyebab utama ADHD tetapi dapat berkontribusi dalam beberapa kasus.
Momentum untuk menghapus pewarna buatan dalam makanan semakin meningkat. California menjadi negara bagian pertama yang melarang enam pewarna makanan di sekolah umum. Sejumlah legislasi di negara bagian lain mungkin akan diusulkan untuk membahas pelarangan pewarna sintetis ini. Robert F. Kennedy Jr. juga menyoroti pentingnya penghapusan pewarna buatan dalam rancangannya untuk kesehatan publik.
Alternatif pewarna alami, seperti jus bit atau pigmen dari sayuran, menggantikan pewarna Merah 3 pada produk yang telah direformulasi. Namun, pewarna alami kurang stabil dibandingkan pewarna sintetis dan dapat terpengaruh oleh faktor risiko, menurut Meghan Skidmore dari Sensient. Untuk menghindari pewarna sintetis, konsumen disarankan membaca label bahan pada produk makanan.
Larangan pewarna Merah 3 oleh FDA menyoroti risiko kesehatan dari bahan tambahan makanan sejenis. Meskipun penghapusan ini merupakan langkah positif, tantangan tetap ada terkait penggunaan pewarna buatan lainnya yang mungkin berpotensi merugikan. Kesadaran konsumen meningkat, dan lebih banyak negara bagian mungkin akan mengikuti jejak California dalam melarang pewarna sintetis.
Sumber Asli: www.hindustantimes.com