Terapi Fotodinamik Inovatif untuk Mengatasi Melanoma dengan Pewarna Aktivasi Cahaya

Penelitian dari KTU mengembangkan terapi non-invasif untuk melanoma menggunakan fotosensitizer yang diaktifkan cahaya. Terapi ini berpotensi menghancurkan sel kanker dengan menghasilkan oksigen aktif, sambil meminimalkan kerusakan pada sel sehat. Walaupun proses menuju persetujuan tetap panjang, efek samping yang lebih sedikit menjadikannya pilihan menarik dibandingkan metode tradisional.

Melanoma, kanker kulit yang paling agresif, mencatat lebih dari 300.000 kasus baru setiap tahun di seluruh dunia, dengan peningkatan signifikan di Eropa. Deteksi dini dan pengobatan yang canggih meningkatkan tingkat kelangsungan hidup. Peneliti dari Universitas Teknologi Kaunas (KTU) mengembangkan terapi melanoma non-invasif menggunakan cahaya dan pewarna khusus yang dikenal sebagai fotosensitizer.

Terapi berbasis cahaya ini, meskipun terlihat berbeda dari pengobatan tradisional, memiliki sejarah penggunaan sejak zaman kuno untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan. Penelitian KTU berfokus pada pengembangan pewarna baru yang efektif mengobati kanker kulit melalui fotodinamika, di mana zat aktif menghancurkan sel kanker saat terpapar cahaya.

Fotosensitizer yang dikembangkan KTU menunjukkan sifat fototoksik yang memicu kerusakan sel kanker ketika diaktifkan dengan cahaya. Ketika terpapar, mereka menghasilkan spesies oksigen aktif yang merusak struktur sel kanker, memicu imun autophagy, atau bahkan menyebabkan sel kanker pecah. Untuk menjaga agar sel sehat tetap utuh, dosis cahaya yang tepat harus dikontrol.

Cahaya biru dipilih sebagai sumber cahaya optimal karena dapat meminimalkan kerusakan pada sel normal. Zat pewarna menyerap baik cahaya ultraviolet (UV) maupun cahaya tampak, tetapi cahaya pada panjang gelombang tertentu terbukti paling efektif untuk terapi ini, dan menghindari kerusakan DNA pada sel sehat.

Penerapan pengobatan dilakukan dengan mengoleskan salep mengandung fotosensitizer langsung ke tumor melanoma, di mana waktu serapan ditentukan. Aktivasi dilakukan dengan paparan cahaya tertentu setelah penyapuan, dengan prosedur bisa diulang untuk memastikan semua sel kanker terangkat. Keunggulan utama dari terapi ini adalah efek samping yang rendah dibanding metode konvensional.

Namun, tantangan masih ada seperti tingginya kadar melanin pada jaringan melanoma yang dapat menghalangi interaksi antara cahaya dan fotosensitizer. Pengujian tahap lanjut diperlukan untuk memastikan efektivitas dan keamanan perawatan. Sesudah tahap laboratorium, uji coba pada hewan dan tahap klinis akan menyusul jika hasil menjanjikan.

Terapi fotodinamik yang dikembangkan oleh peneliti KTU menawarkan pendekatan inovatif dalam menangani melanoma dengan memanfaatkan fotoaktivasi zat pewarna untuk merusak sel kanker secara selektif. Meskipun ada tantangan dan proses panjang menuju persetujuan klinis, kelebihan terapi ini termasuk pengurangan efek samping dibandingkan dengan prosedur pengobatan tradisional. Pendekatan ini tidak hanya memberikan harapan baru untuk pasien melanoma, tetapi juga memperluas pemahaman kita mengenai pengobatan berbasis cahaya.

Sumber Asli: www.news-medical.net

Lila Morrison

Lila Morrison is a seasoned journalist with over a decade of experience in investigative reporting. She graduated from Columbia University with a degree in Journalism and has worked for prominent news outlets such as The Tribune and Global News Network. Lila has a knack for uncovering the truth behind complex stories and has received several awards for her contributions to public discourse.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *