Australia dan Selandia Baru Memiliki Insiden Kanker Payudara Tertinggi di Dunia pada 2022

Australia dan Selandia Baru memiliki insiden kanker payudara tertinggi di dunia pada 2022, dengan 100,3 kasus per 100.000 wanita. Penurunan angka kematian terjadi, tetapi masih terdapat banyak faktor risiko yang perlu diperhatikan. Ketidaksetaraan dalam pengobatan antara negara berpenghasilan tinggi dan rendah menyebabkan disparitas dalam angka kematian. Kinerja ini memerlukan investasi pemerintah untuk perbaikan akses ke layanan kesehatan.

Analisis terbaru menunjukkan Australia dan Selandia Baru memiliki insiden kanker payudara tertinggi di dunia pada 2022, dengan 100,3 kasus per 100.000 wanita. Meskipun angka kematian akibat kanker payudara menurun dalam dekade terakhir, faktor risiko seperti usia, konsumsi alkohol, dan obesitas pasca-menopause memainkan peran penting dalam hal ini. “Kita perlu meningkatkan dukungan bagi wanita untuk mengurangi faktor risiko ini,” kata Nehmat Houssami, pakar kesehatan masyarakat dari Universitas Sydney.

Laporan yang diterbitkan di jurnal Nature Medicine menyatakan 1 dari 20 wanita sedunia akan didiagnosis kanker payudara, dan 1 dari 70 kemungkinan akan meninggal akibatnya. Houssami menegaskan bahwa beban kanker payudara tidak merata di berbagai negara dan wilayah, dengan variasi signifikan dalam angka insiden dan kematian. Australia dan Selandia Baru mengalami penurunan angka kematian sebesar 2,1% per tahun.

Hasil studi menunjukkan bahwa negara dengan Indeks Pembangunan Manusia (HDI) tinggi mengalami penurunan mortalitas, namun daerah dengan HDI rendah seperti Melanesia dan Afrika mengalami angka kematian yang jauh lebih tinggi. Risiko seumur hidup untuk meninggal akibat kanker payudara mencapai 1 dari 24 di Fiji dan 1 dari 47 di Afrika. “Perempuan di negara berpenghasilan rendah memiliki kemungkinan lebih besar untuk meninggal akibat kanker dibandingkan dengan mereka di negara berpenghasilan tinggi,” tambah Houssami.

Ketidaksetaraan dalam angka kematian ini disebabkan oleh akses yang kurang memadai terhadap deteksi dini dan pengobatan kanker payudara, dengan lebih dari 26% kasus di negara-negara berpenghasilan rendah sudah berada di stadium lanjut saat didiagnosis. Penelitian memproyeksikan bahwa di tahun 2050, kasus dan kematian kanker payudara akan meningkat drastis, terutama di negara-negara dengan HDI rendah. Houssami menyatakan bahwa hasil ini menunjukkan perlunya investasi dari pemerintah, khususnya di negara berpenghasilan menengah ke bawah, untuk menyediakan akses kepada diagnosis dan layanan pengobatan kanker payudara.

Australia dan Selandia Baru mencatatkan insiden kanker payudara tertinggi di dunia pada tahun 2022. Meskipun angka kematian menurun, faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti konsumsi alkohol dan obesitas penting untuk ditangani. Kesenjangan dalam pengobatan dan diagnosis antara negara berpenghasilan tinggi dan rendah meningkatkan angka kematian kanker payudara secara signifikan. Pemerintah perlu berinvestasi untuk memperbaiki akses terhadap layanan kesehatan agar mengurangi dampak kanker payudara.

Sumber Asli: cosmosmagazine.com

Sofia Garcia

Sofia Garcia is a renowned journalist recognized for her insightful commentaries on social issues and community dynamics. Over her 10-year career, she has worked in various capacities, including reporter, editor, and columnist, across prestigious media outlets. Sofía's passion for storytelling drives her to seek out and report on the narratives that connect individuals to broader societal themes, making her work deeply impactful and relevant.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *