Kolaborasi untuk Pencegahan Kanker Serviks – Indonesia di Melbourne

Kanker adalah penyebab utama kematian di Indonesia, terutama kanker serviks, dengan angka perawatan yang rendah. Proyek penelitian berkolaborasi dengan universitas Australia bertujuan untuk meningkatkan akses terhadap vaksinasi HPV dan skrining kanker serviks. Kenaikan kesadaran komunitas dan keterlibatan pria diharapkan dapat meningkatkan pencegahan kanker di negara ini.

Kanker menjadi tantangan besar bagi sistem kesehatan di negara-negara dengan pendapatan rendah dan menengah seperti Indonesia, di mana kematian dari penyakit menular terus menurun, tetapi kanker semakin meningkat. Gaya hidup yang berubah, kondisi lingkungan yang buruk, dan rendahnya kapasitas sistem kesehatan mempengaruhi pencegahan, skrining, dan pengobatan kanker. Kesenjangan global dalam angka kematian kanker, disebut “pemisahan kanker”, harus diatasi dengan memperkuat sistem kesehatan di negara-negara tersebut.

Di Indonesia, kanker adalah salah satu penyebab utama kematian orang dewasa, terutama kanker payudara dan serviks pada wanita. Namun, skrining kanker serviks murah hanya tersedia di delapan provinsi, dengan kesadaran dan partisipasi yang rendah. Ada juga hambatan budaya yang mengurangi keinginan wanita untuk menjalani pemeriksaan, yang perlu dipahami agar akses bagi mereka dapat ditingkatkan.

Kanker serviks disebabkan oleh infeksi virus human papillomavirus (HPV) dan sangat dapat dicegah. Pada 2014, lebih dari 89 juta wanita di Indonesia berisiko mengembangkan kanker serviks, dengan sekitar 20.000 diagnosis baru setiap tahunnya. Angka ini kemungkinan di bawah realitas, karena banyak wanita tidak mencari pengobatan, dan angka kelangsungan hidup sangat rendah akibat diagnosis terlambat dan kurangnya akses ke perawatan.

Negara-negara seperti Australia memberikan vaksinasi gratis terhadap HPV untuk remaja, yang mengurangi insiden kanker serviks. Indonesia sedang mengembangkan dasar bukti untuk memperkenalkan vaksinasi HPV universal gratis melalui kolaborasi antara Universitas Melbourne dan universitas lokal. Proyek percontohan baru diluncurkan untuk mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat terhadap HPV dan kanker serviks, serta tingkah laku wanita dalam skrining.

Penelitian ini mencakup pemahaman pengetahuan dan sikap pria dan wanita terhadap HPV dan kanker serviks. Pendidikan masyarakat yang luas diperlukan untuk meningkatkan pemahaman dan akses terhadap vaksinasi dan skrining. Di Indonesia, wanita yang didiagnosis kanker serviks didukung oleh keluarga, berbeda dengan stigma yang terjadi di negara Asia lain, sehingga menunjukkan pandangan positif terhadap kanker serviks.

Keterlibatan pria dalam penelitian dan intervensi sangat penting karena mereka juga pembawa HPV dan membuat keputusan penting terkait vaksinasi anak-anak dan akses wanita terhadap skrining. Penelitian ini juga akan mengeksplorasi pengalaman wanita dalam pengobatan kanker dan diharapkan dapat mengurangi kesenjangan hasil kanker di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Proyek percontohan bertajuk “Surveillance of the Burden of HPV Infection and HPV Type-specific Distribution in Purworejo, Indonesia: Implications for a Cervical Cancer Prevention Strategy” ini dimimpin oleh Dr. Linda Rae Bennett dan kandidat PhD Belinda Spagnoletti di Universitas Melbourne, serta kolaborasi dengan para ahli dari Gadjah Mada University dan Rumah Sakit Wanita di Australia. Tujuannya adalah untuk mengembangkan vaksin yang biaya rendah dan spesifik untuk populasi Indonesia.

Pencegahan kanker serviks di Indonesia menghadapi tantangan besar, termasuk rendahnya akses ke skrining dan pengobatan serta stigma terkait HPV. Proyek percontohan untuk vaksinasi HPV dan pendidikan masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan partisipasi. Kolaborasi antar universitas yang terlibat dalam penelitian ini penting untuk menutup kesenjangan hasil kanker di negara-negara berpenghasilan rendah.

Sumber Asli: indonesiaatmelbourne.unimelb.edu.au

Miguel Santos

Miguel Santos is a renowned journalist with an expertise in environmental reporting. He has dedicated the last 12 years to exposing the impacts of climate change and advocating for sustainable practices through powerful storytelling. A graduate of the University of California, Miguel’s insights have influenced policy decisions and raised awareness on critical ecological issues.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *