Risiko Kanker Sekunder Setelah Terapi CAR T: Tinjauan Baru

FDA menginvestigasi risiko kanker sekunder setelah terapi CAR T, menimbulkan pertanyaan bagi pasien. Penelitian menunjukkan, risiko kanker sekunder relatif rendah dan mirip dengan terapi standar lainnya. Temuan juga menunjukkan bahwa jumlah terapi sebelumnya berpengaruh pada risiko.

Pada November 2023, FDA mengumumkan penyelidikan terhadap kemungkinan hubungan antara terapi CAR T dan pengembangan kanker sekunder, menimbulkan kekhawatiran bagi pasien dan peneliti. Sekitar 30.000 pasien yang menjalani terapi ini kini memiliki pertanyaan baru mengenai risiko mereka. Penelitian terbaru dalam jurnal Clinical Cancer Research menunjukkan hasil yang dapat memberikan harapan.

Terapi CAR T merupakan terobosan dalam pengobatan kanker, diluncurkan pertama kali pada 2017. Aturan penggunaannya meliputi enam jenis terapi yang disetujui FDA untuk beberapa jenis limfoma dan leukemia. Proses rekayasa genetik yang terlibat memiliki risiko, termasuk kemungkinan interaksi gen yang dapat melemahkan pengontrol defisiensi tumor di sel T.

FDA memantau perkembangan kanker sel T selama uji klinis, dan setelah mendapatkan persetujuan, penerapan peringatan pada informasi resep menjadi wajib. Pada 28 November 2023, FDA mengonfirmasi investigasi terkait laporan kanker sel T sekunder, yang mendorong pembaruan label peringatan pada terapi CAR T.

Beberapa lembaga penelitian mulai menyelidiki lebih jauh risiko yang dihadapi pasien. Di University of Pennsylvania, hanya 3.6% pasien mengembangkan kanker sekunder dalam rentang 10 bulan, dengan hanya satu kasus limfoma sel T. Penelitian lainnya dari Stanford menunjukkan angka yang serupa.

Sebuah analisis data dari sistem pelaporan FDA mendapati 19 kanker sel T dari lebih dari 12.000 laporan kejadian buruk. Peneliti menemukan kemungkinan adanya bias pelaporan yang dapat mempengaruhi estimasi risiko. Analisis sistematis yang dilakukan oleh Rejeski dan rekan menemukan insiden kanker sekunder sebesar 5.8%, dengan limfoma sel T hanya 0.09%.

Namun, beberapa studi menyarankan bahwa risiko kanker sekunder setelah terapi CAR T tidak lebih tinggi dibandingkan metode pengobatan lain. Temuan menunjukkan bahwa lebih banyak tingkat terapi sebelumnya berhubungan dengan risiko yang lebih tinggi, sementara jenis terapi CAR T tidak berpengaruh signifikan.

Observasi dari waktu tindak lanjut juga mencatat bahwa durasi lebih lama berkaitan dengan angka kanker sekunder yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan adanya bias kelangsungan hidup; pasien yang hidup lebih lama berpotensi mengembangkan kanker sekunder. Rejeski menekankan bahwa lebih banyak penelitian masih diperlukan untuk memahami kontribusi terapi CAR T terhadap kanker sekunder.

Berdasarkan temuan terbaru, risiko kanker sekunder setelah terapi CAR T tampaknya relatif rendah, serupa dengan terapi standar lainnya. Karakteristik pasien seperti jumlah terapi sebelumnya dan durasi tindak lanjut menjadi faktor penting yang dapat mempengaruhi risiko. Penelitian lebih lanjut akan dilanjutkan untuk memahami lebih dalam serta memastikan pelaporan yang akurat terkait efek samping.

Sumber Asli: www.aacr.org

Clara Wang

Clara Wang is a distinguished writer and cultural commentator who specializes in societal issues affecting marginalized communities. After receiving her degree from Stanford University, Clara joined the editorial team at a prominent news outlet where she has been instrumental in launching campaigns that promote diversity and inclusion in journalism.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *