Tes Novel Identifikasi Pasien Berisiko Tinggi Kanker Esofagus

Tes Esopredict baru dari Johns Hopkins dapat mengidentifikasi pasien dengan esofagus Barrett yang berisiko tinggi untuk berkembang menjadi kanker esofagus. Tes ini berfungsi untuk membantu dokter dalam pengawasan dan manajemen pasien berdasarkan hasil metilasi DNA. Penelitian ini menunjukkan bahwa 5,1% pasien mengalami perkembangan neoplastik dalam waktu lima tahun, dengan 21,7% dari kelompok risiko tertinggi. Hasil ini berpotensi meningkatkan efektivitas pengawasan klinis dan mengurangi biaya.

Pakar dari Johns Hopkins Kimmel Cancer Center telah mengembangkan sebuah tes inovatif yang diberi nama Esopredict, yang memberikan wawasan bagi gastroenterologi mengenai pasien dengan esofagus Barrett — kondisi pramalin yang disebabkan refluks asam kronis. Tes ini dapat membantu dokter menentukan bagaimana cara memantau pasien agar dapat mendeteksi lebih awal perkembangan menuju kanker esofagus atau displasia tinggi
serta memulai intervensi lebih cepat jika diperlukan.

Esopredict adalah tes berbasis PCR (reaksi rantai polimerase) yang menganalisis perubahan metilasi DNA dari beberapa gen. Kombinasi hasil tes ini dengan usia pasien dapat membantu mengukur risiko perkembangan kondisi pramalin menjadi lebih serius, serta menentukan jadwal pemantauan pasien.

Dalam penelitian menggunakan biopsi dari 240 pasien, ditemukan bahwa 5,1% berisiko mengalami progresi neoplastik. Risiko tertinggi ditemukan pada kelompok dengan skor Esopredict paling tinggi, yaitu 21,7% mengalami displasia tinggi atau kanker esofagus.

Meski pasien dengan esofagus Barrett umumnya menjalani pemantauan setiap tiga hingga lima tahun, sebagian pasien bisa mengalami perubahan neoplastik lebih cepat dari jadwal tersebut. Dengan hasil dari tes ini, dokter dapat mempercepat pengawasan bagi pasien berisiko tinggi, dan memperpanjang interval pemantauan bagi pasien berisiko rendah.

Penelitian melibatkan 209 sampel biopsi pasien dari beberapa pusat kesehatan terkemuka, dengan 78 pasien mengalami progresi dalam lima tahun. Mereka yang tergolong kelompok risiko tinggi memiliki 6,4 kali lipat kemungkinan untuk lanjut ke kondisi lebih serius dalam jangka waktu tersebut. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memastikan inklusi pasien dari berbagai ras dan etnis.

Penelitian ini didukung oleh National Cancer Institute dan melibatkan sejumlah lembaga penelitian serta universitas. Stephen Meltzer, peneliti utama, mencatat pentingnya tes ini dalam meningkatkan pengawasan dan manajemen untuk pasien dengan risiko tinggi.

Tes Esopredict memungkinkan dokter untuk lebih baik mengidentifikasi risiko progresi kanker esofagus pada pasien dengan esofagus Barrett, dengan demikian memfasilitasi pengawasan lebih tepat dan intervensi dini. Hasil ini menunjukkan potensi perbaikan dalam manajemen pasien serta pengurangan biaya dan komplikasi kesehatan yang tidak perlu. Penelitian ini memiliki langkah lanjutan untuk menjangkau beragam populasi etnis.

Sumber Asli: www.hopkinsmedicine.org

Nina Sharma

Nina Sharma is a rising star in the world of journalism, celebrated for her engaging storytelling and deep dives into contemporary cultural phenomena. With a background in multimedia journalism, Nina has spent 7 years working across platforms, from podcasts to online articles. Her dynamic writing and ability to draw out rich human experiences have earned her features in several respected publications, captivating a diverse audience.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *