Risiko Kanker Kolorektal: Pertanyaan yang Sering Diajukan

Kanker kolorektal dipicu oleh faktor genetik, kesehatan, dan kebiasaan hidup. Mengelola risiko dengan skrining dan gaya hidup sehat dapat mencegah kanker. Faktor risiko mencakup riwayat keluarga, usia lanjut, obesitas, diet buruk, dan kebiasaan buruk seperti merokok dan alkohol. Skrining dimulai dari usia 45 tahun bagi yang berisiko. Diskusikan dengan dokter untuk langkah pencegahan dan pengobatan yang tepat.

Kanker kolorektal dapat dipicu oleh berbagai faktor, termasuk kondisi kesehatan, kebiasaan hidup, dan faktor lingkungan. Untuk mengurangi risiko terkena kanker ini, penting untuk mengelola faktor risiko dan mendapatkan pengobatan dini. Kanker kolorektal mencakup kanker rektum dan kanker usus besar. Sebagian besar kasus terkait dengan perubahan DNA di sel-sel usus akibat faktor genetik dan lainnya.

Dr. Rachel Issaka, seorang gastroenterologis, menjelaskan pentingnya mengetahui riwayat keluarga mengenai kanker kolorektal dan kanker terkait lainnya. Faktor yang dapat memicu perubahan DNA meliputi:
– Faktor lingkungan
– Kebiasaan hidup buruk
– Proses penuaan.

Beberapa faktor risiko utama adalah:
– Riwayat keluarga kanker kolorektal
– Usia di atas 50 tahun
– Kelebihan berat badan atau obesitas
– Aktivitas fisik rendah
– Diet tinggi lemak atau daging olahan
– Diet rendah serat, buah, atau sayuran
– Konsumsi alkohol
– Penggunaan tembakau.

Pasien dengan kondisi kesehatan tertentu berisiko lebih tinggi terkena kanker ini, seperti sindrom genetik herediter, penyakit radang usus (IBD), dan kolangitis sklerosis primer (PSC). Deteksi kanker kolorektal meningkat pada orang dewasa berusia lebih muda.

“Screeing kanker kolorektal direkomendasikan untuk mulai pada usia 45 tahun untuk menangkap kanker lebih awal,” ujarnya. Dokter juga mungkin merekomendasikan skrining lebih awal bila ada riwayat keluarga yang kuat atau kondisi kesehatan tertentu.

Gaya hidup yang sehat, seperti:
– Menjaga berat badan
– Melakukan aktivitas fisik secara rutin
– Mengonsumsi makanan kaya serat dan rendah lemak
– Menghindari produk tembakau dan alkohol, dapat mengurangi risiko.

Skrining kanker kolorektal meliputi pengujian medis untuk mendeteksi polip pra-kanker yang berpotensi berkembang jadi kanker. Kolonoskopi adalah salah satu metode skrining yang umum. Jika hasilnya positif, kolonoskopi lanjutan diperlukan untuk mengidentifikasi dan mengangkat polip.

“Perubahan gaya hidup yang positif bisa jadi penting, meskipun terkadang kanker kolorektal dapat terjadi pada individu yang menerapkan gaya hidup sehat,” jelas Dr. Issaka. Bicarakan dengan dokter bila kesulitan mengadopsi kebiasaan sehat. Dukungan dari profesional dapat membantu.

Bila Anda didiagnosis kanker kolorektal, segera diskusikan opsi pengobatan dan prognosis dengan dokter. Disarankan juga untuk bertanya kepada dokter tentang skrining kanker kolorektal dan langkah-langkah untuk mengelola faktor risiko.

Dr. Issaka menyarankan untuk mulai mendiskusikan skrining sedini mungkin, terutama jika ada riwayat kanker dalam keluarga. Pengujian dapat dilakukan melalui tes tinja yang tersedia di apotek atau lembaga kesehatan masyarakat, untuk mendeteksi tanda-tanda potensi kanker kolorektal.

Jika hasil tes abnormal, penting untuk memiliki rencana tindak lanjut berupa kolonoskopi untuk mengevaluasi kemungkinan adanya polip pra-kanker atau sel-sel kanker. Kanker kolorektal memiliki prognosis yang lebih baik dengan diagnosis dan pengobatan dini.

Mengelola faktor risiko kanker kolorektal sangat penting, terutama bagi individu dengan riwayat keluarga atau kondisi kesehatan tertentu. Gaya hidup sehat dan skrining dini dapat membantu mendeteksi kanker lebih awal. Diskusikan dengan dokter mengenai skrining dan perubahan gaya hidup untuk mengurangi risiko kanker.

Sumber Asli: www.healthline.com

Miguel Santos

Miguel Santos is a renowned journalist with an expertise in environmental reporting. He has dedicated the last 12 years to exposing the impacts of climate change and advocating for sustainable practices through powerful storytelling. A graduate of the University of California, Miguel’s insights have influenced policy decisions and raised awareness on critical ecological issues.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *