Mengoptimalkan Terapi Pertama untuk Kanker Kolorektal Bermutasi BRAF

Studi BREAKWATER mengeksplorasi terapi kombinasi encorafenib dan cetuximab dengan mFOLFOX6 untuk CRC bermutasi BRAF V600E. Hasil menunjukkan tingkat respon yang lebih tinggi dan keamanan terjaga, membantu memperbaiki kelangsungan hidup pasien. Perawat onkologi dan APP berperan penting dalam mendidik pasien dan mengoptimalkan perawatan.

Peran penting perawat onkologi dan penyedia praktik lanjutan (APP) adalah mendidik pasien tentang temuan studi BREAKWATER dan dampaknya terhadap pengobatan CRC yang bermutasi BRAF. Strategi penting dalam pengobatan kanker adalah mengoptimalkan terapi yang sudah ada, dan salah satu cara untuk meningkatkan hasil adalah dengan menjajaki kombinasi obat baru.

Kolorektal kanker (CRC) bermutasi BRAF merupakan subtipe molekuler yang ditandai dengan mutasi pada gen BRAF, khususnya varian V600E. Mutasi ini terjadi pada sekitar 8-12% kasus CRC metastatik dan lebih umum pada pasien dengan tumor sisi kanan. Penyakit ini memiliki prognosis yang lebih buruk dan resisten terhadap rejimen kemoterapi standar seperti FOLFOX dan FOLFIRI.

Terapi yang menargetkan BRAF dan MEK, sering dikombinasikan dengan inhibitor EGFR, menunjukkan prospek positif dalam meningkatkan hasil bagi pasien CRC yang bermutasi BRAF. Inhibisi BRAF saja dapat membuat sel kanker mengaktifkan kembali jalur sinyal MAPK, sehingga menambah resistensi. Penambahan inhibitor MEK lebih efektif menutup jalur ini, mengurangi kemungkinan resistensi dan meningkatkan efikasi pengobatan.

Inhibitor EGFR juga sering dimasukkan dalam rejimen pengobatan untuk CRC bermutasi BRAF. Meskipun terdapat mutasi BRAF, kanker kolorektal dapat tetap bergantung pada sinyal EGFR untuk pertumbuhannya. Dengan memblokir EGFR, terapi kombinasi menjadi lebih efektif dalam memperlambat atau menghentikan progresi tumor.

Studi fase 3 BREAKWATER yang dipublikasikan oleh Kopetz et al. mengeksplorasi apakah monoterapi atau terapi kombinasi dengan kemoterapi bisa meningkatkan hasil di lini pertama pengobatan. Studi ini merupakan penelitian terbuka yang melibatkan pasien dengan CRC metastatik bermutasi BRAF V600E yang belum diobati, di mana peserta menerima encorafenib (Braftovi) plus cetuximab (Erbitrux) dan/atau kemoterapi SOC.

Hasil penelitian menunjukkan kemajuan yang signifikan; pasien yang mendapat terapi encorafenib/cetuximab plus mFOLFOX6 menunjukkan ORR yang jauh lebih tinggi dibandingkan SOC (60,9% vs 40,0%). Respon yang diperoleh juga lebih lama bertahan, dengan 68,7% pasien di grup encoder/cetuximab plus mFOLFOX6 mengalami respon setidaknya 6 bulan.

Profil keamanan dari terapi ini tetap terjaga, dengan kejadian buruk serius (SAE) lebih banyak pada grup encorafenib/cetuximab plus mFOLFOX6 dibandingkan SOC, tetapi masih dalam toleransi yang wajar. Temuan dari uji klinis BREAKWATER juga mendukung persetujuan cepat FDA untuk terapi ini.

Untuk perawat onkologi dan APP, hasil ini menunjukkan pilihan pengobatan lini pertama yang menjanjikan untuk CRC metastatik bermutasi BRAF V600E. Dengan tingkat respon yang lebih tinggi dan potensi perbaikan kelangsungan hidup, encorafenib/cetuximab plus mFOLFOX6 merupakan kemajuan signifikan dalam penanganan penyakit ini. Perawat dan APP berperan penting dalam mendidik pasien tentang manfaat terapi kombinasi dan memfasilitasi pelaporan gejala awal untuk optimasi toleransi terapi dan perawatan secara keseluruhan.

Studi BREAKWATER menunjukkan bahwa kombinasi encorafenib, cetuximab, dan mFOLFOX6 menawarkan hasil yang lebih baik untuk pasien CRC bermutasi BRAF V600E. Hasil penelitian ini berpotensi mengubah pendekatan pengobatan pertama pada kelompok pasien ini dengan tingkat respons dan kelangsungan hidup yang meningkat. Peran edukasi perawat dan APP sangat penting dalam membantu pasien memahami pengobatan dan mengelola efek samping.

Sumber Asli: www.oncnursingnews.com

Miguel Santos

Miguel Santos is a renowned journalist with an expertise in environmental reporting. He has dedicated the last 12 years to exposing the impacts of climate change and advocating for sustainable practices through powerful storytelling. A graduate of the University of California, Miguel’s insights have influenced policy decisions and raised awareness on critical ecological issues.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *