Pahami Mengapa Inhibitor PARP Bisa Tidak Berfungsi Pada Beberapa Pasien Kanker

Penelitian dari Universitas Birmingham oleh Dr. Martin Higgs mengungkapkan bagaimana beberapa kasus kanker dapat menjadi resisten terhadap inhibitor PARP, terutama pada pasien dengan kelainan BRCA1. Pemahaman mekanisme resistensi dapat membantu dalam merancang terapi baru dan mengidentifikasi pasien berisiko.

Penelitian terbaru oleh Dr. Martin Higgs dan tim dari Universitas Birmingham mengungkapkan bahwa beberapa pasien kanker dapat mengalami resistensi terhadap inhibitor PARP. Inhibitor PARP digunakan untuk mengobati kanker akibat kelainan pada gen BRCA1 dan BRCA2, dengan cara menghentikan kemampuan sel kanker memperbaiki kerusakan, sehingga sel-sel tersebut mati. Namun, seiring waktu, beberapa sel kanker dapat belajar untuk melawan efek dari obat tersebut.

Memahami mekanisme resistensi sangat penting untuk meningkatkan terapi anti-kanker. Dengan mengenali cara sel kanker menjadi resisten, dapat dikembangkan tes untuk mendeteksi resistensi sebelum pasien tidak lagi merespon pengobatan. Selain itu, pemahaman ini dapat membantu dalam merancang obat baru yang dapat mengatasi resistensi tersebut.

Dalam penelitian ini, para peneliti menemukan bahwa hilangnya gen perbaikan DNA SETD1A pada sel dengan mutasi BRCA1 mempengaruhi ekspresi gen bernama EME1. Perubahan ini membuat sel kanker dengan kelainan di BRCA1 menjadi resisten terhadap inhibitor PARP, sedangkan efek yang sama tidak terjadi pada BRCA2. Temuan ini menyoroti potensi EME1 sebagai mekanisme umum resistensi.

Kesimpulannya, penemuan ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana sel kanker menjadi resisten terhadap inhibitor PARP. Dengan memahami faktor risiko ini, dokter dapat lebih baik mengidentifikasi pasien yang mungkin akan mengalami resistensi dan membantu menemukan terapi yang lebih efektif untuk sel kanker yang resisten.

Penelitian ini penting untuk memahami bagaimana sel kanker dapat menjadi resisten terhadap inhibitor PARP. Dengan mengenali mekanisme resistensi, terapi kanker dapat ditingkatkan, dan upaya pengembangan obat baru bisa lebih terarah. Hal ini berpotensi meningkatkan hasil pengobatan bagi pasien penderita kanker dengan kelainan pada gen BRCA.

Sumber Asli: www.birmingham.ac.uk

Miguel Santos

Miguel Santos is a renowned journalist with an expertise in environmental reporting. He has dedicated the last 12 years to exposing the impacts of climate change and advocating for sustainable practices through powerful storytelling. A graduate of the University of California, Miguel’s insights have influenced policy decisions and raised awareness on critical ecological issues.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *