Artikel ini membahas optimisasi terapi radiasi untuk pasien kanker kepala dan leher dengan wawancara Dr. Amin Mirhadi. Fokus utama adalah menghapus penyakit sambil meminimalkan toksisitas. Terapi proton mungkin mengurangi paparan radiasi ke jaringan sehat, meski keberadaannya terbatas dan hasilnya serupa dengan IMRT.
Optimisasi terapi radiasi untuk pasien kanker kepala dan leher sangat penting. Tujuan utama adalah memberantas penyakit yang terlihat sambil meminimalkan toksisitas, terutama pada esofagus, kulit, dan kelenjar ludah. Ini bisa dicapai dengan teknologi yang tepat untuk menghindari area sensitif saat memberikan radiasi.
Lokasi dan tahap kanker kepala dan leher mempengaruhi jenis perawatan radiasi. Jika kanker hanya terlokalisir pada area seperti amandel, radiasi bisa difokuskan di situ. Namun, jika menyebar ke kelenjar getah bening, area yang lebih luas harus diradiasi.
Terapi proton bisa mengurangi paparan radiasi ke jaringan sehat. Ini mungkin membantu mengurangi dosis radiasi pada kulit dan membantu membentuk radiasi mengelilingi struktur vital seperti kelenjar ludah. Namun, keuntungan terapi proton relatif terbatas dalam konteks ini.
Ada laporan bahwa terapi proton mampu mengurangi efek samping jangka panjang, seperti fibrosis, tetapi masih membutuhkan lebih banyak bukti klinis untuk dikukuhkan. Ketersediaan terapi proton cukup terbatas, dengan hanya beberapa pusat di negara ini, dan hasil IMRT saat ini relatif serupa dengan terapi proton.
Teknologi radiasi telah banyak berkembang. Meskipun proton bisa memberikan beberapa keuntungan, kualitas mesin IMRT saat ini dapat mengurangi manfaat yang ditawarkan oleh terapi proton.
Kesimpulannya, pengoptimalan terapi radiasi untuk kanker kepala dan leher bertujuan menghapus penyakit dan mengurangi toksisitas pada jaringan sehat. Terapi proton dapat membantu mengurangi radiasi pada jaringan sehat dan efek samping, tetapi ketersediaannya terbatas dan hasilnya mirip dengan IMRT. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan teknologi yang ada dan pilihan perawatan yang sesuai untuk pasien.
Sumber Asli: www.docwirenews.com