Artikel membahas kontroversi seputar skrining kanker, khususnya tentang penggunaan MRI seluruh tubuh. Ditekankan bahwa tes ini berisiko dapat menyebabkan hasil positif yang salah, tidak selalu akurat, dan lebih baik untuk mengikuti rekomendasi resmi untuk skrining. Penyakit seperti kanker serviks turut dijelaskan sebagai contoh keberhasilan skrining populasi.
Pedoman skrining kanker sering kali membingungkan karena rekomendasi yang berbeda untuk kelompok yang berbeda. Di AS, terdapat kontroversi tentang cakupan kesehatan, termasuk skrining pencegahan, seperti yang terlihat pada pembatasan cakupan ultrasound payudara oleh Medicare. Ini menganjurkan kita untuk melihat kembali konsep skrining pencegahan secara lebih dalam.
Dengan munculnya perusahaan swasta yang menawarkan solusi seperti pemindaian MRI seluruh tubuh seharga $2,500 untuk mendeteksi kanker, beberapa mungkin bertanya apakah itu benar-benar bermanfaat. Pemindaian ini diklaim dapat mendeteksi lebih dari 500 kondisi di 13 organ, tetapi ada risiko. Dr. Richard Bruno menjelaskan bahwa temuan “incidentaloma” dapat menyebabkan lebih banyak tes lanjutan yang tidak perlu, yang bisa berbahaya.
Meskipun terlihat lebih aman, tes skrining tidak selalu akurat 100%. Hasil positif yang salah bisa menyebabkan stres berlebihan dan perawatan yang tidak diperlukan, sementara hasil negatif yang salah dapat memberikan rasa aman yang keliru. Dua konsep mendasar dalam epidemiologi ini adalah spesifisitas dan sensitivitas.
Sensitivitas tes adalah probabilitas hasil positif jika penyakit ada, sementara spesifisitas menentukan probabilitas hasil negatif jika penyakit tidak ada. Misalnya, tes dengan sensitivitas 90% akan menyebabkan 10% pasien menghindar dari diagnosis, sedangkan pada spesifisitas 90%, 10% mungkin menerima hasil positif yang salah.
Untuk ilustrasi, skrining kanker serviks menggunakan pap smear sangat sukses dengan sensitivitas 99%, tetapi 1% dari hasil positif bisa salah. Meskipun ada risiko, program skrining di Kanada berhasil menurunkan angka kematian akibat kanker serviks sejak tahun 1970-an.
Skrining tes adalah alat untuk mengidentifikasi orang yang berisiko, bukan diagnosis sempurna. Dalam beberapa kasus, tes skrining populasi bisa mengurangi jumlah pasien. Namun, tidak semua kondisi mendapat dukungan untuk skrining, dan terkadang lebih baik menunggu gejala.
Kesimpulannya, sebaiknya tidak melakukan MRI seluruh tubuh. Lakukan tes yang direkomendasikan untuk kelompok demografis Anda dan konsultasikan dengan dokter. Sumber yang baik untuk rekomendasi skrining adalah Canadian Task Force for Preventive Healthcare. Lebih baik menginvestasikan waktu dan uang dalam pola makan dan kebiasaan olahraga yang sehat.
Dalam mempertimbangkan skrining kanker, penting untuk memahami bahwa tidak semua tes efektif dan aman. Anggaran untuk tes seperti MRI seluruh tubuh mungkin tidak sebanding dengan manfaatnya. Sebagai gantinya, fokuslah pada rekomendasi skrining yang sesuai dan kebiasaan hidup sehat. Skrining yang dilakukan berdasarkan bukti dapat membantu, tetapi tidak selalu diperlukan tanpa gejala yang jelas.
Sumber Asli: www.mcgill.ca