Studi mengungkap bahwa kerentanan sosial seperti pendidikan dan transportasi mengurangi peluang pasien kanker untuk berpartisipasi dalam uji coba klinis. Penelitian ini menekankan perlunya data tentang determinan sosial untuk memahami dan mengatasi hambatan dalam keterlibatan pasien, serta dampaknya yang lebih besar pada pasien kulit hitam.
Studi terbaru mengungkapkan bahwa tingkat kerentanan sosial yang tinggi, terutama dalam pendidikan, transportasi, dan sumber daya lingkungan, berkaitan dengan rendahnya peluang partisipasi dalam uji coba klinis kanker. Penelitian ini dilakukan di 2024 ASCO Annual Meeting dan melibatkan analisis multivariat untuk memahami pengaruh faktor sosial terhadap keterlibatan pasien.
Dr. Mariam F. Eskander, sebagai penulis senior, menekankan pentingnya mengumpulkan data tentang determinan sosial kesehatan guna memahami keragaman sosioekonomi dalam uji coba klinis. Data ini bisa diperoleh dari indeks publik seperti Vizient Vulnerability Index (VVI), yang mengindikasikan faktor kesehatan sosial pada tingkat daerah.
Indeks VVI terdiri dari 9 domain yang mencakup lingkungan bersih, ekonomi, pendidikan, dan akses ke layanan kesehatan, serta mencerminkan berbagai komponen seperti pendapatan rendah dan akses transportasi. Peneliti juga menggunakan kode ICD-10 untuk mengidentifikasi pasien kanker dan melakukan analisis silang serta analisis univariat untuk mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi enrolmen, termasuk ras dan pendidikan.
Hasil menunjukkan bahwa dari 2,6 juta pasien, hanya 1,5% yang terdaftar dalam uji coba klinis, dengan rasio enrolmen berbeda berdasarkan jenis kelamin, usia, dan tingkat kerentanan sosial. Riset menunjukkan bahwa pasien berusia di atas 75 tahun, wanita, dan pasien dengan Medicaid memiliki kemungkinan lebih rendah untuk berpartisipasi dalam uji coba klinis.
Temuan juga menunjukkan bahwa kerentanan sosial berhubungan erat dengan ras pasien; dampak kerentanan sosial lebih besar pada pasien kulit hitam dibandingkan dengan pasien kulit putih. Analisis lanjutan menunjukkan bahwa 1% dari total pasien didiagnosis kanker pada 2022 berpartisipasi dalam uji coba klinis dalam satu tahun, dan kerentanan sosial mengurangi peluang enrolmen terutama pada pasien kulit hitam.
Kesimpulan dari penelitian ini menggarisbawahi tantangan dalam menentukan pasien yang layak untuk uji coba klinis dan pentingnya pengumpulan data untuk mengatasi hambatan sosial. Penulis mendorong lembaga untuk mengevaluasi data mereka sendiri guna merancang intervensi yang bertujuan membangun kesetaraan kesehatan.
Penelitian ini menyoroti hubungan antara kerentanan sosial dan partisipasi dalam uji coba klinis kanker. Data menunjukkan bahwa pasien yang tinggal di daerah dengan kerentanan sosial tinggi memiliki peluang rendah untuk terlibat dalam uji coba, terutama di kalangan pasien kulit hitam. Penekanan pada pengumpulan data dan pendekatan yang lebih inklusif diperlukan untuk mengatasi hambatan ini.
Sumber Asli: www.onclive.com