Penyintas kanker anak memiliki risiko melanoma lebih dari dua kali lipat dibandingkan populasi umum. Penelitian ini mengidentifikasi tiga pengobatan yang meningkatkan risiko: radiasi dosis tinggi, alkilasi, dan bleomycin. Penelitian memperingatkan pentingnya pemeriksaan dermato dan perlindungan terhadap sinar matahari.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa penyintas kanker anak memiliki risiko lebih dari dua kali lipat untuk mengembangkan melanoma dibandingkan populasi umum. Selain itu, mereka juga memiliki risiko kematian dua kali lipat terkait diagnosis melanoma. Penelitian ini, yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Oncology, melibatkan lebih dari 25.000 peserta, menjadikannya studi terbesar tentang risiko ini.
Studi ini mengidentifikasi tiga faktor pengobatan yang berkontribusi pada risiko melanoma: radiasi dosis tinggi, jenis kemoterapi yang dikenal sebagai alkilasi, dan bleomycin. Peneliti memperingatkan bahwa meskipun melanoma umum terjadi seiring bertambahnya usia, penyintas kanker anak cenderung lebih berisiko mengembangkan melanoma saat dewasa.
Tim peneliti menggunakan data dari Childhood Cancer Survivor Study (CCSS), yang mencakup penyintas kanker yang didiagnosis antara 1970 dan 1999. Dari 25.716 peserta, 177 melanoma terdiagnosis di 160 penyintas, dengan median waktu dari diagnosis kanker anak ke melanoma adalah 26,4 tahun.
Hasil menunjukkan bahwa penyintas melanoma umumnya berkulit putih non-Hispanik dan lebih tua pada saat diagnosis kanker utama. Meskipun insiden kumulatif melanoma adalah 1,1% dalam 40 tahun, ada peningkatan risiko bagi mereka yang menerima pengobatan yang disebutkan sebelumnya.
Dr. Seth Rotz memperingatkan bahwa melanoma dapat menjadi indikator bagi risiko hasil buruk lainnya pada penyintas kanker. Ia merekomendasikan pemeriksaan kulit tahunan oleh dermatolog dan penekanan pada perlindungan sinar matahari untuk mencegah melanoma pada kelompok ini.
Penyintas kanker anak berisiko tinggi mengembangkan melanoma dan risiko kematian terkait. Penelitian ini menyoroti pentingnya pengawasan dan pencegahan melalui perlindungan sinar matahari dan pemeriksaan dermatologis tahunan. Perubahan dalam protokol pengobatan sejak dekade 1970-an juga berpengaruh pada risiko melanoma, menunjukkan perlunya pendekatan multidisipliner dalam perawatan penyintas kanker.
Sumber Asli: consultqd.clevelandclinic.org