Tes Baru Dapat Memprediksi Efek Samping Mengancam Jiwa dari Imunoterapi Kanker

Peneliti di Universitas Kyushu menemukan cara untuk memprediksi efek samping berbahaya dari imunoterapi kanker, yaitu ICANS. Dengan menganalisis cairan serebrospinal, mereka menemukan 46 protein biomarker yang bisa memprediksi risiko untuk kondisi ini. Ini dapat membantu dokter dalam merencanakan pengobatan yang lebih aman dan personal bagi pasien yang berisiko tinggi terkena ICANS.

Penelitian di Universitas Kyushu Jepang berhasil menentukan cara prediksi efek samping berbahaya dari imunoterapi kanker. Dengan menganalisis cairan serebrospinal pada pasien sebelum pengobatan, peneliti menemukan protein spesifik yang terkait dengan respons imun merugikan yang dapat memengaruhi sistem saraf pusat. Temuan ini, dipublikasikan dalam jurnal Leukemia pada 11 Maret 2025, dapat membantu dokter mengenali pasien berisiko tinggi lebih awal.

Dalam dekade terakhir, imunoterapi kanker menjadi strategi pengobatan yang menjanjikan, termasuk terapi sel T CAR. Terapi ini memodifikasi sel T pasien untuk menghancurkan sel kanker, meskipun ada risiko serius seperti sindrom neurotoksisitas terkait sel efektor imun (ICANS) yang dapat berakibat fatal. ICANS dapat muncul dengan gejala ringan seperti sakit kepala tetapi juga dapat mengakibatkan kehilangan kesadaran dan kejang.

Tim peneliti menganalisis protein dari cairan serebrospinal 29 pasien limfoma non-Hodgkin sel B sebelum terapi CAR-T. Dari 29 pasien, 11 mengalami ICANS. Penelitian menemukan 864 protein, dan menyaring menjadi 46 protein yang berbeda antara pasien ICANS dan non-ICANS, yang dapat digunakan sebagai biomarker untuk prediksi.

Dua protein terbaik yang teridentifikasi adalah C1RL, yang meningkat pada pasien ICANS, dan FUCA2, yang menurun. Kombinasi rasio dua protein ini menunjukkan akurasi tinggi dalam membedakan pasien berisiko tinggi dari yang rendah. Pengujian pada kelompok kedua menunjukkan rasio protein berhasil mengidentifikasi risiko ICANS untuk semua pasien.

Meskipun akurasi tinggi, peneliti mengingatkan bahwa ukuran sampel kecil membuat temuan ini masih awal. Tim berencana untuk menguji biomarker ini pada jumlah pasien yang lebih besar untuk memvalidasi hasil lebih lanjut. Selain itu, pengenalan biomarker juga diharapkan memungkinkan dokter memberikan obat pencegahan untuk mengurangi risiko ICANS.

Peneliti juga berniat mencarinya dalam cairan yang lebih mudah diambil, seperti serum darah. Pengumpulan cairan serebrospinal bersifat invasif dan menyakitkan, sehingga banyak rumah sakit tidak rutin melakukannya sebelum terapi CAR-T. Jika biomarker dapat ditemukan dalam darah, tes ini akan menjadi alat prediksi ICANS yang lebih sederhana dan aksesibel.

Penelitian ini menawarkan harapan untuk membuat imunoterapi kanker lebih aman dengan kemampuan mendeteksi efek samping serius sebelumnya. Dengan menemukan biomarker yang tepat, dokter dapat merencanakan perawatan yang lebih personal dan preventif bagi pasien yang berisiko tinggi terkena ICANS, meningkatkan keselamatan pasien dalam terapi kanker.

Sumber Asli: www.news-medical.net

Lila Morrison

Lila Morrison is a seasoned journalist with over a decade of experience in investigative reporting. She graduated from Columbia University with a degree in Journalism and has worked for prominent news outlets such as The Tribune and Global News Network. Lila has a knack for uncovering the truth behind complex stories and has received several awards for her contributions to public discourse.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *