Inhibitor checkpoint adalah obat yang meningkatkan respons imun untuk membunuh sel kanker. Sejak 2011, banyak yang telah disetujui oleh FDA tetapi juga menghadapi masalah keamanan dan efikasi. Penelitian terkini menunjukkan pengembangan kombinasi baru dan inhibitor dengan target baru untuk meningkatkan efektivitas dalam pengobatan kanker.
Inhibitor checkpoint adalah obat yang memanfaatkan sistem kekebalan untuk menghancurkan sel-sel kanker. Sejak disetujui pertama kali di AS pada 2011, mereka telah dianggap sebagai terobosan dalam penelitian imunoterapi. Walaupun beberapa inhibitor checkpoint terus berkembang, yang lain menghadapi masalah keamanan dan keterbatasan efikasi. Perkembangan baru dan kombinasi obat menunjukkan bahwa lanskap inhibitor checkpoint sedang berevolusi.
Inhibitor checkpoint menghalangi protein checkpoint yang berfungsi sebagai saklar mati untuk mencegah sistem imun menyerang sel sehat. Namun, sel tumor mengeksploitasi protein ini untuk lolos dari penghancuran. Inhibitor menghambat protein checkpoint seperti PD-1, PD-L1, CTLA-4, dan LAG-3 agar sistem imun dapat menyerang sel kanker.
Ipilimumab atau Yervoy adalah inhibitor checkpoint pertama yang disetujui FDA, digunakan untuk melanoma lanjutan, dan sekarang juga untuk kanker ginjal, kolorektal, serta kanker paru-paru non-sel kecil. Yervoy sering dipasangkan dengan Opdivo, yang menghalangi PD-1, untuk meningkatkan kemungkinan respons imun.
Beberapa inhibitor PD-1 lain yang telah disetujui termasuk Keytruda dan Libtayo. Keytruda telah ada sejak 2014, sementara Libtayo muncul pada 2018. Inhibitor PD-L1 seperti Imfinzi dan Tecentriq juga telah disetujui untuk jenis kanker tertentu. Baru-baru ini, Unloxcyt menjadi satu-satunya terapi anti-PD-L1 yang disetujui untuk karsinoma sel skuamosa kulit lanjutan.
Inhibitor LAG-3, seperti relatlimab yang dikombinasikan dengan nivolumab (Opdualag), telah disetujui untuk melanoma metastatik. Namun, ia menghadapi kegagalan dalam studi fase 3 untuk melanoma stadium 3 dan 4. Kombinasi obat terdapat di banyak penelitian, bertujuan meningkatkan efektivitas dengan menargetkan jalur imun yang berbeda.
Uji klinis untuk inhibitor PD-1 seperti PM8002 dan ivonescimab sedang berjalan, dengan hasil yang menggembirakan. PM8002 menunjukkan tingkat kelangsungan hidup 69,7% pada pasien kanker payudara triple-negatif, sementara ivonescimab dapat memperpanjang waktu perkembangan kanker pada pasien kanker paru-paru.
Berbagai teknologi baru terkait dengan inhibitor checkpoint berkembang pesat. Agenus, misalnya, menguji kombinasi inhibitor yang berbeda untuk beberapa jenis kanker, meskipun FDA enggan memberikan persetujuan cepat. Sementara itu, Regeneron mengembangkan fianlimab sebagai rival untuk relatlimab dalam mengatasi melanoma dengan hasil yang menjanjikan.
Namun, masalah keamanan tetap menjadi perhatian. Beberapa pasien mengalami efek samping serius dari inhibitor, dan FDA berhati-hati dalam memberikan persetujuan untuk penggunaannya dalam kanker lambung dan esofagus. Beberapa uji klinis juga menunjukkan hasil yang tidak meyakinkan, menegaskan perlunya penelitian lebih lanjut.
Inovasi baru dalam penghambat checkpoint seperti PTPN2 menunjukkan harapan baru, sementara pengembangan obat dan kombinasi baru yang tidak konvensional terus tumbuh dengan potensi untuk meningkatkan terapi kanker di masa depan.
Inhibitor checkpoint berpotensi besar dalam terapi kanker, namun juga dihadapkan pada tantangan terkait efektivitas dan keamanan. Dengan berbagai kombinasi dan pendekatan baru yang terus diteliti, masa depan tampak menjanjikan meskipun beberapa pengembangan mengalami kendala. Penelitian berkelanjutan diperlukan untuk memperbaiki hasil dan memahami bagaimana mengatasinya dengan lebih baik.
Sumber Asli: www.labiotech.eu