Pentingnya Skrining Kanker Usus Besar Untuk Pencegahan

Kanker usus besar meningkat pada orang di bawah 55 tahun, membuat skrining dan langkah pencegahan sangat penting. Mulai skrining usia 45, perhatikan riwayat keluarga, serta pertahankan gaya hidup sehat untuk mengurangi risiko kanker usus besar.

Tingkat kanker usus besar meningkat 1% hingga 2% per tahun sejak pertengahan 1990-an pada orang di bawah usia 55 tahun. Screening sangat penting untuk mendeteksi kanker usus besar sebelum menyebar. Berikut adalah langkah-langkah yang bisa diambil untuk mengurangi risiko kanker usus besar:

1. Lakukan skrining mulai usia 45 tahun atau lebih awal bagi yang memiliki faktor risiko.
2. Ketahui riwayat kanker keluarga untuk menentukan kebutuhan skrining dini.
3. Pertahankan gaya hidup sehat dan berat badan ideal.
4. Perhatikan tubuh Anda; segera konsultasi ke dokter jika mengalami gejala seperti darah dalam tinja, sembelit berkepanjangan, atau penurunan berat badan yang tidak jelas.
5. Konsumsi makanan tinggi serat seperti buah, sayuran, dan biji-bijian utuh, batasi daging merah dan olahan hingga tiga porsi per minggu.
6. Batasi konsumsi alkohol maksimal satu minuman sehari untuk wanita dan dua untuk pria.
7. Hindari merokok.

Meskipun Anda mengikuti semua langkah ini, skrining tetap merupakan cara terbaik untuk memastikan kanker usus besar tidak menyerang tanpa terdeteksi.

Kanker usus besar semakin meningkat, terutama pada orang berusia di bawah 55 tahun. Skrining dini dan menjaga gaya hidup sehat adalah langkah kunci dalam pencegahan. Jika Anda memiliki faktor risiko, segera lakukan skrining dan konsultasi dengan penyedia layanan kesehatan tentang kesehatan Anda.

Sumber Asli: www.winonapost.com

Clara Wang

Clara Wang is a distinguished writer and cultural commentator who specializes in societal issues affecting marginalized communities. After receiving her degree from Stanford University, Clara joined the editorial team at a prominent news outlet where she has been instrumental in launching campaigns that promote diversity and inclusion in journalism.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *