Peneliti di University of Pittsburgh menemukan hubungan antara sel progenitor berisiko di stroma tuba falopi dan inisiasi kanker ovarium serosa tinggi (HGSOC). Penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman tentang biologis kanker, yang penting untuk pengembangan metode pencegahan dan deteksi dini yang lebih baik.
Penelitian di University of Pittsburgh mengidentifikasi sel progenitor berisiko tinggi di stroma tuba falopi sebagai pemicu kanker ovarium berbahaya. Temuan ini dapat membantu langkah baru dalam pencegahan dan diagnosis kanker ovarium serosa tinggi (HGSOC), yang merupakan jenis kanker ovarium paling umum dan menyebabkan lebih dari 12.000 kematian setiap tahun di AS.
“Kanker ovarium adalah penyebab utama kematian akibat kanker ginekologi di dunia barat, tetapi saat ini tidak ada cara untuk mendeteksinya secara dini,” ungkap Lan Coffman, MD, PhD, professor di Pitt School of Medicine. “Memahami biologi di balik pembentukan kanker ovarium adalah kunci untuk meningkatkan hasil bagi pasien.”
Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Cancer Discovery, para peneliti menekankan pentingnya mikroenvironment stroma dalam inisiasi HGSOC. Data menunjukkan lebih dari 70% pasien terdiagnosis dengan penyakit metastatis. Dibutuhkan pemahaman yang mendalam tentang mekanisme inisiasi HGSOC untuk pengembangan pencegahan yang efektif.
HGSOC berawal dari sel epitel sehat di tuba falopi yang berubah menjadi lesi pra-kanker, serous tubal intraepithelial carcinoma (STIC). Ditemukan bahwa banyak tumor HGSOC berasal dari epitel tuba falopi, mirip dengan polip kolorektal yang dapat berkembang menjadi kanker. Untuk mengetahui penyebab perubahan sel sehat menjadi STIC, tim peneliti memperhatikan stroma, jaringan penghubung non-kanker yang membantu pertumbuhan kanker.
“Sebagian besar peneliti fokus pada sel epitel yang berubah menjadi lesi STIC dan menjadi kanker. Namun, lingkungan stromal di sekitar lesi ini belum banyak diteliti,” kata Coffman. Sekelompok sel progenitor yang terlibat dalam pertumbuhan jaringan sehat, sel punca mesenkimal (MSCs), terprogram ulang oleh sel tumor untuk mendukung pertumbuhan kanker.
Para peneliti menyelidiki kapan MSC terkait kanker terbentuk dan peran awalnya dalam pembentukan kanker. Menemukan MSC dari pasien tanpa kanker yang mirip dengan CA-MSCs. Peneliti menemukan bahwa hrMSCs lebih umum pada wanita yang lebih tua atau memiliki mutasi BRCA, menunjukkan bahwa mereka berperan dalam inisiasi kanker.
Saat hrMSCs diperkenalkan ke organoid yang dihasilkan dari jaringan tuba falopi pasien, sel epitel sehat berubah menjadi sel kanker. “hrMSCs menyebabkan kerusakan DNA pada sel epitel dan membantu sel yang bermutasi bertahan hidup,” kata Coffman, menggambarkan suasana sempurna untuk inisiasi kanker.
Temuan ini menunjukkan peran krusial sel stromal tuba falopi dalam inisiasi HGSOC dan membuat dasar untuk strategi pencegahan dan deteksi dini yang dibutuhkan. Coffman menekankan bahwa perubahan stromal di tuba falopi memiliki peran penyebab dalam inisiasi kanker ovarium dan dapat memungkinkan intervensi. Senyawa yang dilepaskan oleh hrMSCs juga dapat berfungsi sebagai biomarker untuk kanker ovarium stadium awal.
Saat ini, biomarker yang terkait dengan HGSOC belum mencapai sensitivitas dan spesifikasi yang dibutuhkan untuk deteksi dini kanker ovarium. Memahami peran stroma tuba falopi dalam inisiasi HGSOC bisa membantu penemuan biomarker berbasis stroma untuk meningkatkan deteksi lebih dini.
Penelitian ini mengungkap peran sel progenitor berisiko tinggi dalam stroma tuba falopi yang dapat memicu kanker ovarium serosa tinggi (HGSOC). Pemahaman ini berpotensi memperbaiki pencegahan dan deteksi dini kanker ovarium, yang saat ini kurang memadai. Penemuan ini juga menunjukkan bahwa perubahan di microenvironment tuba falopi memiliki dampak besar terhadap inisiasi kanker, membuka peluang untuk intervensi melalui terapi yang ada dan pengembangan biomarker baru.
Sumber Asli: www.genengnews.com