Sebuah studi oleh Universitas Southern Denmark dan Universitas Helsinki menunjukkan individu bertato memiliki risiko 21% lebih tinggi untuk mengembangkan limfoma. Tato besar meningkatkan risiko kanker kulit hingga 2,4 kali. Penelitian ini menyarankan perlunya lebih banyak studi untuk memahami dampak jangka panjang pada kesehatan kulit.
Sebuah studi terbaru yang diterbitkan oleh The Lancet mengungkapkan hubungan antara tinta tato dan peningkatan risiko limfoma ganas. Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Southern Denmark dan Universitas Helsinki menganalisis data kesehatan dari Danish Twin Tattoo Cohort yang melibatkan lebih dari 5.900 pasangan kembar, menunjukkan individu bertato memiliki risiko 21% lebih tinggi untuk mengembangkan limfoma.
Dalam penelitian ini, peneliti membandingkan hampir 2.400 pasangan kembar acak yang lahir antara tahun 1960 dan 1996, serta 316 pasangan dimana satu kembar didiagnosis kanker. Hasilnya menunjukkan individu bertato lebih sering didiagnosis kanker kulit dan limfoma dibandingkan dengan yang tidak bertato.
Risiko kanker kulit dan limfoma terlihat lebih tinggi pada individu dengan tato besar, yang didefinisikan sebagai yang lebih besar dari telapak tangan. Tato berukuran besar meningkatkan risiko kanker kulit hingga 2,4 kali, sementara risiko limfoma hampir tiga kali lipat lebih tinggi pada individu bertato besar.
Peneliti mencatat bahwa partikel tinta yang disuntikkan dapat berpindah dan terakumulasi dalam kelenjar getah bening, yang dapat mempengaruhi sistem imun. Henrik Frederiksen menyatakan, “Kami dapat melihat partikel tinta terakumulasi di kelenjar getah bening, dan kami curiga bahwa tubuh mempersepsikannya sebagai zat asing.”
Tinta tato mengandung berbagai senyawa, termasuk logam, pigmen organik, dan amina aromatik primer, yang menimbulkan kekhawatiran tentang keselamatan dan sifat karsinogeniknya. Akumulasi partikel tinta dapat menyebabkan peradangan kronis, yang mungkin berujung pada pertumbuhan sel abnormal dan peningkatan risiko kanker seiring waktu.
Signe Bedsted Clemmensen mengatakan, “Studi kami menunjukkan ada risiko kanker yang meningkat jika seseorang memiliki tato.” Namun, dia menekankan perlunya penelitian lebih lanjut untuk memverifikasi apakah hubungan tersebut bersifat kausal.
Peneliti menyadari bahwa menentukan hubungan tepat antara tato dan kanker adalah kompleks, karena perkembangan kanker bisa memakan waktu lama. Mereka berencana menyelidiki dampak partikel tinta pada fungsi kelenjar getah bening pada tingkat molekuler.
Dr. Donís Muñoz dari Akademi Dermatologi dan Venereologi Spanyol mengingatkan, “Klaim semacam ini menciptakan alarm sosial yang tidak perlu.” Dia menambahkan, “Dalam 40 tahun pengalaman profesional saya, saya tidak pernah melihat tato menyebabkan kanker kulit.”
Meskipun temuan ini signifikan, peneliti masih tidak bisa menentukan seberapa besar risiko kanker meningkat terkait tato. Penelitian lebih lanjut juga diperlukan untuk memahami dampak jangka panjang dari tato dalam hal kesehatan kulit.
Studi ini menunjukkan adanya hubungan antara tato dan peningkatan risiko kanker, khususnya limfoma dan kanker kulit. Meskipun demikian, hubungan ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menetapkan sifat kausalnya. Kemandulan tinta dalam kelenjar getah bening dan efek inflamasi jangka panjang dari proses penatoan juga menjadi fokus penelitian di masa depan.
Sumber Asli: www.jpost.com