Teknologi AI baru dari The Institute of Cancer Research, London, menyederhanakan pengembangan obat kanker dengan memungkinkan analisis bentuk sel 3D untuk menghitung respons terhadap obat. Ini dapat mengurangi waktu pengembangan dari 10 tahun menjadi hanya beberapa bulan.
Teknologi AI baru yang dikembangkan oleh tim dari The Institute of Cancer Research, London, dapat memprediksi respons sel kanker terhadap obat-obatan baru dengan mengamati perubahan bentuk sel. Ini mampu mempercepat proses pengembangan obat hingga 10 tahun, memastikan obat-obatan baru dapat segera sampai ke pasien. Dengan menggunakan AI, mereka berharap untuk menghemat biaya yang biasanya diinvestasikan dalam proyek yang gagal.
Teknologi ini memungkinkan penyesuaian obat dengan jenis kanker tertentu, sehingga peneliti dapat merancang uji klinis lebih awal dan menghindari kegagalan mahal. Tim menggunakan hampir 100.000 gambar 3D sel kanker melanoma untuk melatih kecerdasan buatan dalam menganalisis bentuk sel.
Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Cell Systems, tim menunjukkan alat AI mereka dapat memprediksi obat yang digunakan dengan akurasi 99,3%. Teknologi ini juga berhasil diadaptasi untuk jenis sel lainnya, termasuk sel darah merah dan sel induk, sehingga dapat bermanfaat bagi berbagai penyakit.
Pengembangan obat biasanya memakan waktu 10 hingga 12 tahun, tetapi dengan teknologi ini, fase preklinis dapat dipersingkat dari tiga tahun menjadi hanya tiga bulan. Ini memungkinkan penentuan pasien yang paling mungkin mendapatkan manfaat lebih awal.
Proyek ini didanai oleh ICR dan Cancer Research UK, dan tim peneliti mendirikan perusahaan spinout Sentinal4D untuk mengimplementasikan teknologi ini ke dalam jalur pengembangan obat. Mereka berencana menggunakan alat ini untuk mengembangkan degrader protein yang ditargetkan.
“3D bentuk sel seperti sidik jari keadaan dan fungsi sel. Dengan menggunakan AI, kita dapat mendekode sidik jari ini dan mengungkapkan bagaimana sel merespon obat,” ujar Profesor Chris Bakal dari ICR. Dr. Matt De Vries menambahkan bahwa alat ini akan membantu memprediksi efektivitas dan efek samping obat.
Prof. Kristian Helin juga menekankan bahwa ICR berkomitmen untuk mengembangkan obat baru untuk mengatasi tantangan evolusi kanker. Ini diharapkan dapat memberikan lebih banyak pilihan perawatan untuk pasien kanker.
Teknologi AI baru memberikan kemajuan signifikan dalam proses pengembangan obat untuk kanker. Dengan kemampuan untuk secara akurat memprediksi respons sel kanker dan menghemat waktu serta biaya, ini dapat menawarkan pendapatan baru bagi penelitian medis. Pendekatan ini tidak hanya mempercepat waktu yang dibutuhkan untuk membawa obat baru ke pasar tetapi juga meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam pengujian klinis.
Sumber Asli: www.technologynetworks.com