Tes Darah Sederhana: Masa Depan Diagnosis Kanker

Tes darah sederhana, seperti “Shield” untuk kanker kolorektal, memberikan harapan untuk deteksi dini kanker. Meskipun masih dalam tahap awal, mereka dapat mendukung diagnosa lebih cepat dan lebih efektif. Penelitian sedang dilakukan untuk meningkatkan akurasi dan aksesibilitas dari pengujian ini.

Tes darah sederhana yang dapat mendeteksi kanker lebih awal kini muncul di pasar, berpotensi mendorong diagnosis dan perawatan yang lebih cepat. John Gormly, seorang pasien yang didiagnosis dengan kanker kolorektal tahap 2 setelah tes rutin, menjalani operasi dan kembali bekerja dalam 10 hari. Tes yang digunakan adalah “Shield,” yang mendeteksi kanker kolorektal melalui sampel darah dan kini telah disetujui FDA serta ditanggung Medicare.

Diluncurkan pada 2022, “Shield” adalah bagian dari kategorisasi “biopsi cair” yang baru muncul, termasuk tes untuk kanker payudara, pankreas, dan lambung. Meskipun banyak dari tes ini sedang dalam tahap pengembangan, mereka dapat meningkatkan peluang deteksi kanker yang lebih awal dan mengurangi kematian akibat kanker. Namun, beberapa tes masih memiliki tingkat positif palsu yang tinggi, sehingga tidak mungkin sepenuhnya menggantikan metode skrining tradisional.

Gormly, yang tidak mendapatkan pemeriksaan kolonoskopi selama beberapa tahun, menunjukkan bahwa banyak orang berisiko tinggi terhindar dari tes ini, meskipun kanker kolorektal adalah penyebab kematian kanker yang umum. Dr. William Grady, yang terlibat dalam penelitian “Shield,” mencatat bahwa tes darah lebih mudah diakses dan mengurangi rasa malu serta ketidaknyamanan dibandingkan kolonoskopi tradisional.

“Shield” mendeteksi fragmen DNA dari sel kanker dalam darah, memiliki tingkat deteksi 83% untuk kanker kolorektal. Tes ini tidak akan menggantikan kolonoskopi, tetapi bisa menjadi pilihan skrining tambahan. Selain itu, penelitian lebih lanjut tentang frekuensi penggunaan dan keefektifan perlu dilakukan untuk memastikan manfaatnya dalam deteksi dini.

Di sisi lain, kanker pankreas juga dapat mengambil untung dari tes darah baru yang sedang dikembangkan. Tes ini bertujuan untuk mendeteksi kanker pankreas tahap awal dengan mencari molekul spesifik kanker dalam darah. Studi menunjukkan tes ini bisa mendeteksi 88-97% kasus kanker pankreas, berpotensi menyelamatkan lebih banyak nyawa. Peneliti memperkirakan tes ini bisa diambil tiap tahun, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga kanker pankreas.

Tes deteksi multicancer (MCD) yang mengidentifikasi beberapa jenis kanker sekaligus juga sedang dalam pengembangan. Meskipun belum ada yang disetujui FDA, ketika berhasil, tes ini bisa mengurangi jumlah pemeriksaan yang diperlukan dan meningkatkan efisiensi dalam diagnosis kanker. Namun, ada kekhawatiran akan hasil positif palsu yang bisa menimbulkan kecemasan bagi pasien.

Saat ini, tes darah untuk kanker memiliki potensi besar untuk meningkatkan diagnosis dan pengobatan kanker di masa depan. Proyek penelitian yang sedang berlangsung berupaya menguji keefektifan serta memastikan akses bagi populasi yang kurang terlayani. Gormly berharap bahwa dengan berbagi pengalamannya, orang lain dapat lebih peka terhadap papan penyaringan kanker kolorektal.

Tes darah baru untuk deteksi kanker berpotensi merevolusi diagnosis dan pengobatan kanker. Dengan kemajuan seperti “Shield” dan tes untuk kanker pankreas, diagnosa lebih awal bisa mengurangi kematian akibat kanker. Meskipun terdapat tantangan terkait tingkat positif palsu dan kebutuhan untuk melengkapinya dengan metode tradisional, masa depan diagnosis kanker tampak menjanjikan dengan pengembangan dan evaluasi berkelanjutan dari metode skrining ini.

Sumber Asli: www.livescience.com

Miguel Santos

Miguel Santos is a renowned journalist with an expertise in environmental reporting. He has dedicated the last 12 years to exposing the impacts of climate change and advocating for sustainable practices through powerful storytelling. A graduate of the University of California, Miguel’s insights have influenced policy decisions and raised awareness on critical ecological issues.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *