Penelitian menemukan bahwa pasien kanker kolorektal berisiko lebih tinggi dari penyakit jantung, terutama dalam dua tahun pertama. Perlunya perawatan agresif dan koordinasi antara tim onkologi dan perawatan primer ditekankan. Disparitas dalam risiko kematian terlihat berdasarkan usia dan ras.
Data dari National Cancer Institute menunjukkan hubungan mencolok antara penyakit jantung pada orang muda dan kanker kolorektal. Penelitian di AS menemukan bahwa pasien kanker kolorektal memiliki kemungkinan 16% lebih tinggi untuk meninggal akibat penyakit jantung setelah menerima perawatan agresif. Data dari lebih dari 630.000 pasien kanker kolorektal antara 2000 hingga 2021 menunjukkan risiko kematian paling tinggi terjadi dalam dua tahun setelah diagnosis kanker.
Periode dua tahun setelah diagnosis kanker kolorektal sangat kritis, menurut Dr. Ahsan Ayaz, MD, dari Montefiore St. Luke’s Cornwall Hospital. Pasien perlu perawatan agresif untuk meningkatkan hasil kesehatan jantung. Pengelolaan faktor risiko kardiovaskular, seperti diabetes dan hipertensi, harus diperkuat, dan ada kebutuhan akan koordinasi yang baik antara tim onkologi dan penyedia perawatan primer.
Penyakit jantung adalah penyebab kematian utama di dunia. Studi menunjukkan bahwa penyintas kanker memiliki risiko penyakit jantung yang meningkat hingga 37%. Namun, hubungan antara mortalitas kardiovaskular dan kanker kolorektal belum banyak diteliti. Risiko kematian karena penyakit jantung sangat tinggi pada individu di bawah 50 tahun, serta signifikan pada pasien kulit hitam dan pria dengan kanker kolorektal.
Dr. Ayaz menyebutkan bahwa disparitas dalam penelitian dapat dipengaruhi oleh status sosial ekonomi, lokasi geografis, dan akses terhadap layanan kesehatan.
Kanker kolorektal meningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung, terutama pada orang muda dan kelompok tertentu seperti pasien kulit hitam. Penelitian ini menekankan perlunya perawatan agresif pasca diagnosis kanker untuk menyusun strategi pencegahan yang lebih baik dan meningkatkan keselarasan antara berbagai tim medis untuk pengelolaan risiko kardiovaskular.
Sumber Asli: www.mirror.co.uk