Herpes simplex 1, yang menyebabkan sariawan, berpotensi menjadi kunci pemahaman kanker. Penelitian Dr. Deepak Shukla menunjukkan hubungan antara virus, enzim heparinase, dan dampak negatif pada otak tikus. Penelitian ini membuka harapan untuk terapi kanker yang lebih baik.
Virus herpetika, yang sering menyebabkan sariawan dan bisul demam, mungkin memiliki peran penting dalam pemahaman kanker. Dr. Deepak Shukla dari Universitas Illinois Chicago telah menghabiskan 30 tahun meneliti virus ini, yang diperkirakan mempengaruhi 80% populasi dunia. Timnya menemukan bahwa herpes simplex 1 bisa berhubungan dengan dampak sistemik yang lebih serius, seperti kanker.
Herpes mendiam di saraf trigeminal yang terhubung dengan area wajah dan dapat menyebar melalui air mata atau air liur, serta dapat aktif kembali karena stres atau sistem imun yang melemah. “Ada pertempuran konstan antara virus yang mencoba memperbanyak diri dan sistem host yang berusaha menekannya,” kata Shukla.
Untuk mengeksplorasi dampak virus, tim melakukan injeksi langsung ke rongga hidung tikus. Hasilnya, virus menyebabkan kerusakan di otak, memicu inflamasi, dan memengaruhi perilaku tikus tersebut. “Apa yang kami tunjukkan pada tikus adalah kemungkinan ekstrem, tetapi bisa jadi mirip dengan apa yang terjadi pada manusia,” ungkap Shukla.
Sebuah enzim bernama heparinase terlibat dalam kerusakan otak ini, dan juga diketahui memiliki peningkatan pada berbagai bentuk kanker. “Bukan hanya kanker biasa, tetapi juga bentuk metastatik, banyak di antaranya memiliki heparinase tinggi,” jelasnya. Heparinase berfungsi melindungi sel sehat tetapi juga dapat mendukung penyebaran virus dan sel kanker.
Shukla berharap dapat mengajarkan heparinase untuk membedakan antara sel sehat dan sel yang terinfeksi. Langkah selanjutnya adalah mengembangkan penghambat heparinase non-toksik untuk diuji pada hewan dan manusia.
Penelitian tentang virus herpetika menunjukkan potensi hubungan dengan berbagai tipe kanker. Dengan memahami bagaimana virus dan enzim heparinase berinteraksi, ilmuwan berharap dapat mengembangkan terapi baru untuk mengatasi efek buruk virus serta kanker. Langkah ke depan melibatkan pengembangan penghambat heparinase yang aman dan efektif.
Sumber Asli: www.wivb.com