Penelitian di ICR dan UVA mengeksplorasi penggunaan AI untuk mempercepat pengembangan obat kanker. Teknologi ICR dapat memprediksi respon sel kanker dengan akurasi tinggi, sedangkan LogiRX dari UVA berfokus pada penggunaan obat lama untuk penyakit baru, termasuk potensi pencegahan gagal jantung.
Ilmu pengetahuan tentang pengobatan kanker sedang menjajaki penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk mengurangi waktu pengembangan obat. Penelitian ini dapat menyelamatkan banyak nyawa dengan membantu memprediksi dan merawat penyakit mematikan ini. Dua tim riset dari London Institute of Cancer Research (ICR) dan Universitas Virginia (UVA) sedang mengembangkan solusi AI secara terpisah untuk penemuan obat medis.
Tim ICR baru-baru ini memperkenalkan teknologi “fingerprint” AI untuk memprediksi respon sel kanker terhadap obat baru. Mereka menggunakan mikroskopi generasi terbaru dan pembelajaran geometrik untuk menganalisis hampir 100.000 gambar 3D sel kanker. Menurut hasil tes, teknologi AI baru ini menunjukkan tingkat keberhasilan 99,3% dalam memprediksi obat yang diterapkan pada sel kanker.
Sementara itu, tim di UVA mengembangkan LogiRX, alat AI komputasional untuk mengurangi waktu pengembangan pengobatan baru. Alat ini telah mendeteksi kandidat potensial untuk pencegahan gagal jantung dari obat antidepresan escitalopram. Pengujian awal menunjukkan bahwa dari 62 obat yang dianalisis, LogiRX memprediksi tujuh efek samping di luar target, dua di antaranya terkonfirmasi.
“AI mempercepat banyak aspek pengembangan obat, tapi kurang memahami bagaimana obat bekerja dalam tubuh,” kata profesor Jeffrey Saucerman dari UVA. Kedua model AI yang dikembangkan ICR dan UVA memiliki potensi besar untuk masa depan sistem AI medis di seluruh dunia.
Penggunaan AI dalam pengembangan obat kanker menunjukkan potensi signifikan untuk mempercepat proses dan meningkatkan efektivitas. Teknologi terbaru dari ICR dan UVA memberikan harapan baru untuk menemukan penggunaan obat lama untuk penyakit baru. Dengan akurasi tinggi dalam prediksi respon sel kanker, serta alat yang mengintegrasikan pengetahuan biologis, masa depan pengobatan kanker dapat lebih menjanjikan.
Sumber Asli: www.eweek.com